TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra mengeluhkan lambatnya respon dari tiga organisasi massa (ormas) Islam besar di Indonesia untuk memperbarui daftar 200 rekomendasi ulama yang beberapa bulan lalu dirilis Kementerian Agama.
Tiga ormas Islam yang dimaksud adalah NU (Nahdlatul Ulama), Muhammadiyah, dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
“Saya rasa daftar itu sudah diserahkan Kemenag kepada tiga ormas Islam tersebut untuk diperbarui, tapi saya lihat belum ada pergerakan yang dilakukan oleh tiga ormas itu,” ungkapnya ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (10/7/2018).
Menurutnya daftar itu harus diperbarui untuk memperluas referensi masyarakat dalam mengundang penceramah yang tidak berpaham radikal.
Karena menurutnya daftar itu cukup membantu lembaga-lembaga yang ingin mengundang penceramah sekaligus membantu pemerintah menggalakkan program radikalisasi.
“Daftar itu harus diperbarui karena masyarakat harus diarahkan untuk memilih penceramah yang tidak provokatif, diketahui latar belakangnya, serta rekam jejak topik yang dibawakan,” katanya.
Sebelumnya lembaga Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masjid (P3M) merilis hasil survei terhadap 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga negara, dan BUMN yang terpapar paham radikalisme.
Survei itu mengatakan 41 dari 100 masjid itu sudah terpapar radikalisme dengan rincian 21 masjid dari 37 masjid di lingkungan BUMN, 12 dari 35 masjid di lingkungan kementerian, dan 8 dari 28 masjid di lingkungan lembaga negara.