TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KPK menggeledah rumah Dirut PLN terkait dengan OTT suap Wakil Ketua Komisi VII EMS yang berhubungan dengan proyek di PLN.
SP PLN yang terdiri dari 49 DPD dengan 33.000 anggotanya dari Sabang sampai Merauke ikut bersuara terkait kasus ini.
Mereka mendukung KPK untuk mengusut tuntas kasus tersebut termasuk penggeledahan yang dilakukan KPK di rumah Dirut PLN.
"Kami SP PLN sudah banyak melihat ketidakwajaran yang terjadi di PLN. Mulai dari yang besar program 35.000 MW yang sangat berlebih diserahkan ke swasta dengan take or pay. Untuk ini kita malah sudah mendatangi KPK. Kita menghitung akan ada kerugian PLN Rp. 140 T/ tahun setelah selesai pembangunannya," kata Ketua Umum SP PLN Ir Jumadis Abda MM, MEng dalam keterangan pers, Minggu (15/7/2018).
Yang lain kasus MVPP yang lebih mahal dari sewa genset existing yang ada di daerah itu.
Untuk Belawan saja kami hitung PLN rugi setidaknya Rp 700 miliar per tahun, belum lagi di empat tempat lainnya.
Berikutnya MPP 500 MW yang harusnya menggunakan gas murah malah menggunakan minyak yang mahal.
Selain itu tantiem Direksi naik tajam jadi sekitar Rp 250 miliar.
Baca: KPK: Proyek PLTU Riau-1 Terkait PLN
"Mobil dinas Direksi yang masing-masing dapat tiga kendaraan Mercy, Alphard dan CRV. Ini jelas membuat PLN makin boros dan makin terpuruk," katanya.
Jumadis menambahkan, kerugian PLN di tiga bulan pertama 2018 yang mencapai Rp. 6,49 T, Direksi PLN malah jor-joran pengadaan pakaian dinas pegawai dipakai setiap hari, yang biasanya hanya untuk dua hari dalam satu minggu, yang pengadaan secara terpusat.
"Kita sangat mendukung KPK dan minta juga menelusuri ini semua untuk perbaikan PLN. Jadi bukan saja dalam kasus pengadaan PLTU Riau 1 itu saja," kata Jumadis.
Bahkan termasuk kasus viral percakapan Dirut PLN dengan Menteri BUMN diminta juga untuk dituntaskan.
Yang diduga ada bagi-bagi proyek atau diduga fee, dengan PLN dan Pertamina jadi bancakannya.
Juga kasus terbaru pengadaan meter prabayar yang sangat merugikan PLN. Saat ini diintruksikan kembali ke meter pasca bayar.
"Mengingat kondisi saat ini, kami SP PLN juga minta kepada Presiden supaya bisa segera mengganti Dirut PLN, hal ini juga untuk menjaga kredibilitas pemerintah di mata masyarakat," katanya.