TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun tidak habis pikir dengan 'keluhan musiman' Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait koalisi menjelang Pilpres 2019.
Menurut Komarudin, SBY selalu bertanya kepada Presiden Joko Widodo mengenai kemungkinan Partai Demokrat diterima partai koalisi.
“Saya sungguh heran dengan Pak SBY. Kenapa beliaunya peragu? Pak SBY sendiri selalu bilang lima kali Pak Jokowi mengajak kami di dalam. Setiap bertemu dg Pak Jokowi Pak SBY selalu bertanya, Pak Jokowi, apakah kalau Partai Demokrat berada dalam koalisi, Partai-partai koalisi bisa menerima kehadiran kami? Lalu berdasarkan keterangan Pak SBY sendiri, Pak Jokowi menjawab bisa, karena presidennya saya. Jadi kenapa Ibu Mega yang disalahkan. Masalahnya berada di Pak SBY sendiri. Rakyat tahu itu”, ujar Komaruddin, berdasarkan keterangan yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (28/7/2018).
Dengan demikian Komaruddin berpendapat kegagalan bergabungnya Demokrat, dalam koalisi Pak Jokowi lebih disebabkan oleh keraguan Pak SBY sendiri.
Sebab ketika Pak Jokowi menjawab bisa, karena presidennya saya, SBY justru menyatakan keraguannya, bahkan anehnya Pak SBY justru menolak bergabung.
"Dan mengatakan: “Terus terang saya karena melihat realitas bahwa hubungan Ibu Megawati dengan saya belum pulih. Jadi masih ada jarak, masih ada hambatan disitu. Ini pernyataan Pak SBY sendiri lho”, ujar Komaruddin.
Padahal menurut Komaruddin semua rakyat Indonesia Tahu kalau Pak Jokowi telah mempersatukan semua Presiden dan Wakil Presiden terdahulu saat Upacara kemerdekaan ke 72 RI tahun lalu.
Dan saat itu SBY serta Ibu Anny Yudoyono telah bersalaman dengan Ibu Mega dan disaksikan jutaan mata rayat Indonesia.
“Jadi dimana Ibu Mega menghambat koalisi tersebut ? Bahkan ketika Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menerima Wakil Ketua Dewan Pembina Demokrat dan sekaligus Wakil Ketua DPR RI, Agus Hermanto, yang juga masih famili Ibu Ani Yudhoyono, jaminan telah kami tegaskan kembali. Kami tidak memersoalkan ketika Demokrat gabung dengan Pak Jokowipun”, kata Komarudin.
Hal itu mengartikan SBY tidak percaya dengan jaminan Jokowi sebagai presiden, sehingga jelas bahwa gagalnya kerjasama tersebut murni karena SBY sendiri.
"Jangan bawa-bawa nama Ibu Megawati. Beliau itu selalu diam. Mari kita buka data, kapan Ibu Mega mencela Pak SBY, tidak pernah. Maaf ya, sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan, dan sekaligus Putra Indonesia Timur, saya sungguh kecewa dengan politik model dikasihani ala Pak SBY ini”, tegas Komaruddin.
Lebih lanjut Ketua Bidang Kehormatan PDI Perjuangan tersebut menegaskan bahwa politik itu seharusnya penuh dengan narasi membangun bangsa dan negara, bukan narasi keluarga atau narasi anaknya.
Meskipun demikian, apa yang sudah terjadi biarlah menjadi pelajaran penting, bahwa tugas pemimpin itu bukan mengeluh, melainkan memberi arah.
“Kita maafkan Pak SBY lah, saya sendiri juga seorang Bapak, bisa merasakan mimpi seorang Bapak terhadap anaknya”.