TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diketahui melakukan sayembara sepeda bagi yang bisa mengungkap pelaku penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
Namun, ada isu yang mengatakan bahwa sayembara itu merupakan bentuk sindiran bagi Presiden Joko Widodo atau Polri terkait lamanya pengungkapan kasus penyerangan Novel.
Mabes Polri pun membantah hal tersebut dengan tegas.
“Oh bukan, nggak ada masalah," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (27/7/2018).
Ia mengatakan pihaknya justru beranggapan hal itu dapat memicu masyarakat agar semakin berkontribusi dalam membantu tugas Polri, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, serta penegakan hukum.
"Karena masyarakat ini penting banget kekuatan polisi ada di masyarakat. Makanya masyarakat yang memberikan informasi ada warna kendaraan, ada wajah, ada apapun silahkan (lapor), karena pengungkapan suatu kasus itu pasti diawali oleh informasi di TKP (tempat kejadian perkara),” katanya.
Namun memang, kata dia, hingga saat ini belum ada orang yang ditersangkakan dalam kasus tersebut.
"Memang berkali kali saya sampaikan kasus itu ada karekteristik masing-masing tidak bisa disamaratakan," tandas jenderal bintang satu itu.
Sebelumnya, diketahui pegawai KPK menyiapkan hadiah berupa sepeda BMX bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi terkait penyerangan itu.
Kasus ini bermula ketika wajah Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan shalat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu.
Sejak saat itu, Novel fokus menjalani serangkaian operasi guna penyembuhan matanya. Proses penyembuhan juga dilakukan di rumah sakit yang berada di Singapura.
Menurut hasil diagnosis dokter yang merawatnya pada waktu itu, mata kiri Novel mengalami kerusakan 100 persen. Sementara, mata kanan Novel mengalami kerusakan 50 persen akibat air keras yang disiram ke matanya.