TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menjelaskan tidak ada maksud dari bakal cawapres Ma'ruf Amin menyindir Prabowo Subianto, karena tidak mengikuti usulan ijtima ulama dalam memilih cawapres.
Hal tersebut diungkapkan Cak Imin sapaan akrab Muhaimin, setelah dirinya berkomunikasi secara langsung dengan Ma'ruf Amin.
"Saya sudah cek ke kiai Ma'ruf yang dimaksud kiai Ma'ruf bukan seperti itu. Kemarin saya komplain juga loh, Pak Kiai ngapain ngomong kayak begini, ah enggak saya enggak pernah ngomong begitu," kata Cak Imin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/8/2018).
Diketahui, dalam kunjungan Ma'ruf ke kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/8), Ketua MUI itu menyindir kubu Prabowo Subianto yang tidak menghiraukan rekomendasi Ijtima Ulama dalam menentukan cawapres.
"Ada sebelah sana bilang menghargai ulama, menghargai ulama tapi usul ijtima ulamanya tidak didengerin. Malah wakilnya bukan ulama," ujar Ma'ruf.
Cak Imin menambahkan, dengan Ma'ruf Amin menjadi cawapres Jokowi maka diharapkan aspirasi umat Islam kepada pemerintah dapat tersampaikan dengan baik.
"Kiai Maruf bersedia (cawapres), sebetulnya Kiai Maruf kan tidak mau, tapi terpaksa mau karena beliau pintu yang bisa menyerap aspirasi umat, makanya jembatannya beliau kepada pemerintah dan kekuasaan," papar Cak Imin.
Politisi PDIP Pramono Anung di tempat yang sama menyatakan, masyarakat dapat memberikan penilaian sendiri, dimana usulan ijtima ulama bukan untuk dipenuhi oleh Jokowi, tetapi untuk capres Prabowo dalam memilih cawapresnya.
"Urusan ijtima ulama bukan bagian dari yang ada di tempat Pak Jokowi, sehingga kalau tidak dipenuhi tentunya ya para ulama yang bisa memberikan penilaian terhadap hal itu, apakah kemudian permintaan itu dipenuhi atau tidak," ujar Pramono.