Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Mewakili pemerintah RI, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar acara 'Inter-Ministerial Conference On South-South And Triangular Cooperation'.
Dalam menyelenggarakan acara yang dihelat mulai 18 hingga 20 September 2018 tersebut, BKKBN menggandeng The United Nations Population Fund (UNFPA) dan menghadirkan sejumlah perwakilan dari puluhan negara.
Baca: Jelang Pendaftaran Ujian CPNS, Pemohon SKCK di Kota Bandung Membludak
Konferensi berskala internasional itu dihadiri negara Selatan-selatan yang memiliki fokus dalam bidang kependudukan dan pembangunan guna mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG) 2030.
Usai mendampingi Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek dalam membuka konferensi tersebut, Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo menjelaskan alasan dilaksanakannya 'Konferensi Internasional Antar Kementerian Kerja Sama Selatan-Selatan Triangular'.
Ia menjelaskan, memperkuat kerjasama dengan negara Selatan merupakan fokus utama dibalik agenda pertemuan yang akan berlangsung hingga Kamis mendatang.
Baca: Penanganan Dini Anak-Anak Penderita Penyakit Langka Dinilai Minim
"Tujuan diadakannya konferensi ini adalah untuk memperkuat kemitraan antara negara Selatan dengan Selatan," ujar Sigit, dalam konferensi pers yang digelar di Discovery Kartika Hotel, Kuta, Bali, Selasa (18/9/2018).
Sebelumnya, kata dia, Konferensi Asia Afrika yang digelar puluhan tahun silam telah mempertemukan banyak negara dan membahas mengenai permasalahan sosial.
Karena itu, saat ini Indonesia melalui BKKBN akan bertukar ilmu dan pengalaman dengan negara lainnya terkait permasalahan kependudukan.
Baca: Tanggal Main Timnas U-19 Indonesia Lawan Arab Saudi
"Seperti yang kita tahu sejak 1955 sudah ada Asia Afrika di Bandung, dan khususnya untuk masalah kependudukan, kerja sama dan kita saling mempelajari," jelas Sigit.
Sigit menyebut bahwa pada 2019 ini pemerintah menargetkan Total Fertility Rate (TFR) pada angka 2,1.
Namun, hal tersebut belum tercapai karena total fertilitas atau angka kelahiran masih berada pada angka 2,4.
Kendati demikian, ia tetap optimis bisa mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah melalui peningkatan kesadaran mengenai pentingnya program Keluarga Berencana (KB).
"Kita tahu bahwa di Indonesia target nya 2,1 pada tahun 2019, dan saat ini kita ada di 2,4, kita masih bisa mencapai," kata Sigit.
Meskipun mengejar target 2,1 FTR, BKKBN masih khawatir terkait adanya sejumlah daerah yang memiliki angka kelahiran di bawah 2,1.
Sigit bahkan menyebut bahwa ada pula daerah yang memiliki angka kelahiran terlalu rendah.
"Namun ada beberapa tempat daerah yang sudah di bawah 2,1, bahkan ada yang 1,9, sehingga kita juga warning takutnya juga pertumbuhan penduduk kita tidak tumbuh," papar Sigit.
Selain memiliki masalah dalam pencapaian target FTR, ia menegaskan saat ini pemerintah juga menghadapi bonus demografi.
Karena itu, pihaknya sebagai lembaga yang fokus pada bidang kependudukan dan keluarga berencana, akan berupaya untuk meningkatkan kesadaran para keluarga agar bisa memperbaiki kualitas hidup mereka.
"Kita juga menghadapi bonus demografi dan kita mengefektifkan, kita akan melakukan lebih banyak ke arah peningkatan kualitas hidup manusia nya," kata Sigit.
Sejumlah peserta konferensi merupakan delegasi dari puluhan negarat di antaranya Uganda, India, Nigeria, dan Srilanka.
Konferensi internasional tersebut dibuka dengan pemukulan gong yang dilakukan Menteri Kesehatan RI Nila F Moeloek.
Dalam membuka konferensi tersebut, Nila turut didampingi Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo, Direktur Regional UNFPA Asia Pasifik Bjorn Andersson, dan Menteri Urusan Keluarga Republik Seycheles Mitcy Larue.
Para menteri, ahli, praktisi, serta organisasi internasional dari sejumlah negara yang fokus dalam bidang kependudukan dan sektor pembangunan pun dijadwalkan akan melakukan serangkaian diskusi panel hingga dua hari mendatang.