Pemerintah diharapkan fokus memperbaiki kinerja neraca transaksi berjalan dalam merespons kondisi perekonomian global yang masih belum kondusif. Hal ini penting, dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian.
Pernyataan tersebut disampaikan Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta saat menjawab pertanyaan tentang dampak kondisi perekonomian global yang dalam pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) cenderung belum stabil.
Lembaga tersebut dalam pertemuan tahunan di Bali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2018 dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen. Pada tahun depan pun pertumbuhannya diperkirakan sama. Akibat kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,1 persen, bukan 5,3 persen seperti proyeksi sebelumnya.
Data Bank Indonesia menyebutkan, defisit transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit sejak triwulan IV-2011 hingga saat ini. Pada triwulan II-2018, defisitnya mencapai USD8,03 miliar atau 3,04 persen dari Produk Domestik Bruto. Namun, nilai defisit yang terbesar terjadi pada triwulan II-2013, yaitu sebesar USD10,13 miliar atau 4,24 persen dari PDB.
Defisit transaksi berjalan ini, kata Arif Budimanta, ikut berkontribusi besar dalam memberikan tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Karena itulah, penting bagi pemerintah untuk memperbaikinya agar kondisi perekonomian Indonesia lebih stabil. “Caranya, antara lain dengan mengupayakan agar neraca perdagangan kita tetap surplus,” paparnya.
Selain itu, mengingat tekanan pada transaksi berjalan juga berasal dari arus modal yang keluar, seperti pembayaran dividen dan jasa, pemerintah diharapkan ikut fokus memperhatikan hal itu. Soal caranya, Arif menyerahkan kepada pemerintah, termasuk jika ingin memberikan insentif agar dana dari investasi asing di dalam negeri bisa tetap bertahan di Indonesia.
Tak kalah pentingnya, Arif mengingatkan agar kondisi politik tetap terjaga dengan baik. Jangan sampai situasi panas menjelang Pemilu Presiden tahun depan mengganggu kondisi perekonomian, sehingga dapat menimbulkan kepanikan di lingkungan masyarakat.
Dia mengharapkan agar para pendukung kandidat calon presiden, baik dari pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak membuat kegaduhan yang dapat mengganggu kondisi perekonomian. Misalnya, menjaga agar tidak melempar isu-isu fiktif (hoax) yang berpeluang viral melalui media sosial, sehingga membuat masyarakat waswas.
“Suasana kondusif tetap harus dijaga agar kenyamanan berinvestasi di Indonesia tetap stabil,” paparnya.(*)