TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Jubir Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar, bahwa kontrol diri Presiden Jokowi lemah seperti menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.
"Sebab, capresnya Bung Dahnil sendiri yang lebih punya masalah soal kontrol diri," ujar
Charles Honoris (CH), Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Menurut Charles, Prabowo sendiri mengakui dirinya ‘grasa-grusu’ saat menggelar konferensi pers dengan turut menyebarkan hoaks bahwa Ratna Sarumpaet korban penganiayaan.
"Grasa-grusu itu kan sama saja dengan pengakuan diri atas kontrol diri yang lemah. Kalau kontrol diri capresnya Bung Dahnil kuat, pasti yang bersangkutan akan mengkroscek setiap informasi yang diterimanya dengan seksama, bukan lantas ikut menyebarkan kebohongan," ujar Caleg DPR RI dari PDI perjuangan untuk Dapil Jakarta III ini.
Dapil Jakarta III terdiri dari Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu.
Menurut Charles, soal kontrol diri Prabowo sebenarnya publik juga sudah sama-sama tahu bahwa berakhirnya karier Prabowo di dunia militer juga akibat tindakannya di luar kontrol dalam melihat gelombang reformasi yang begitu kuat dari aktivis, mahasiswa dan rakyat keseluruhan.
"Jadi kalau Presiden Jokowi mengakui keceplosan soal ‘politik sontoloyo’ karena beliau kesal dengan politisi yang bisanya cuma nyiyir," ujarnya.
Hal itu, lanjut Charles, jauh lebih baik ketimbang Prabowo yang tindakan lepas kontrolnya pernah merugikan rakyat banyak.
"Bahkan sejumlah pihak masih menuntut pertanggungjawabannya sampai sekarang," ujar Charles.
Dikatakan tindakan lepas kontrol Prabowo yang merugikan rakyat ini sama sekali tidak pernah dilakukan Presiden Jokowi.
"Sebaliknya, Bung Dahnil harus mengajari capresnya soal kontrol diri, sehingga tidak ada lagi rakyat yang dirugikan," katanya.