TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan pandangannya terkait pemilu pada era demokrasi.
JK menyebut, dalam era demokrasi seperti ini seorang caleg dipilih karena popularitas bukan hanya sekadar track record.
"Dari sistem trackrecord sekarang popularitas. Pemilu dalam demokrasi itu ada 3 tahap yaitu dikenal, disukai dan dipilih," ujar Kalla di Istana Wapres RI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2018).
Ia mengatakan, para caleg tentunya harus melewati 3 tahapan ini, yaitu dikenal, disukai, dan dipilih.
"Jadi kenapa perlu baliho-baliho agar dikenal, kenapa perlu tersenyum agar disukai. Kenapa jabat tangan dan selfi agar dipilih, itu tahapnyakan," jelas Kalla.
Bagi JK, tak ada cari lain bagi caleg agar melenggang ke rumah perwakilan rakyat itu, selain harus dikenal, disukai, dan dipilih.
Baca: Ketua DPP PSI Nilai OTT Kepala Daerah Jadi Bukti Kegagalan Partai Politik
"Ya semua langkahnya seperti kalau tidak dikenal, bagaimana mau dipilih. Kalau tidak disukai bagaimana mau dipilih. Disukai macam-macam, bisa disukai pekerjaannya, bisa disukai tampangnya, bisa disukai pemberiaannya," ujar Kalla.
Dirinya menceritakan, pembagian sembako untuk menarik simpati warga agar dipilih tentu bukanlah hal baru.
"Ini fakta yang terjadi. Kita juga dulu ikut bagi-bagi sembako macam-macamlah, tidak bisa dihindari, lawan perbuat begitu kita juga berbuat begitu. Tapi yang bagi bukan kita tapi tim sukses ,ini semua menjadi bagian dari pada sistem itu," ujar Kalla.