Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan pihaknya mendapati fakta berbeda terkait berita penculikan anak yang beredar di media sosial.
Ia menjelaskan adanya indikasi hoaks atau berita bohong lantaran penyebab kematian, waktu, dan tempat kejadian berbeda dengan fakta yang ada.
Baca: Mahasiswa Diminta Tak Mudah Terpancing Isu-isu Hoaks
"Berita di medsos tentang penculikan dibuat oleh akun berbeda dengan waktu kejadian; tempat kejadian; modus dan korban yang berbeda," ujar Dedi, dalam keterangannya, Rabu (31/10/2018).
Ia menjelaskan jika foto yang beredar baik tersangka maupun korban memang benar adanya bahwa mereka adalah tersangka ataupun korban.
Baca: Persib: 5 Pertandingan Tidak Menang, Gomez Targetkan 18 Poin, Banding Bojan dan Ezechiel Ditolak
Namun, tersangka dan korban bukanlah pelaku dan korban dari penculikan anak dan pencurian organ tubuh.
Salah satunya foto tersangka pencuri ponsel yang diunggah sebagai foto penculik yang ditangkap.
Selain itu, foto korban di rumah sakit terbaring dengan mata tertutup diunggah dengan pesan 'korban penculikan yang dicuri matanya'.
Padahal fakta sebenarnya, korban merupakan anak yang kelelahan naik sepeda mengalami dehidrasi kemudian meninggal dunia di rumah sakit.
Contoh lain, ia mengatakan ada foto korban yang sebenarnya adalah korban perkosaan di Rokan Hilir yang dibunuh oleh pelakunya dan sudah ditangkap.
Namun, foto itu diunggah dengan tulisan 'korban penculikan dan pencurian organ tubuh', lantaran luka terbuka di perut korban.
"Fakta kejadian sebenarnya dilihat dari waktu kejadian; tempat kejadian; pelaku dan latar belakangnya adalah kejadian yang berdiri sendiri dengan tidak ada hubungan satu dengan lainnya dengan latar belakang yang berbeda," jelasnya.
Hingga saat ini, jenderal bintang satu itu mengatakan Polri tengah melakukan analisa terhadap akun-akun media sosial yang mengedarkan berita hoaks tersebut.
Baca: 4 Foto Hoaks soal Kecelakaan Lion Air JT 610 yang Sudah Diklarifikasi
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui pelaku dan motivasinya dalam menyebarkan hoaks.
"Satgas siber saat ini sedang menganalisis akun-akun medsos yang berbeda yang memposting berita hoaks penculikan, untuk mengetahui pelaku dan motivasinya, dan apakah pemilik akun saling berhubungan," pungkasnya.