News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pendiri IDF Beri Penghargaan pada Maestro Tari Kontemporer Almarhum Gusmiati Suid

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu penampil dalam ajang Indonesian Dance Festival 2018, Selasa (6/11/2018) malam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembukaan Indonesian Dance Festival  2018, diisi pemberikan penghargaan untuk maestro tari kontemporer Indonesia, almarhum Gusmiati Suid, Selasa (6/11/2018).

Penghargaan diberikan mengingat sepanjang kariernya telah melahirkan karya-karya tari terkenal diantaranya tari Kabar Burung, Api dalam Sekam, dan tari Rantak pada tahun 1976.

Ia memimpin sanggar tari Gumarang Sakti bersama putranya, Boy G. Sakti, dan telah melahirkan banyak karya seni tari bertaraf nasional dan internasional melalui sanggar tersebut.

Penghargaan  diterima oleh kedua putri Gusmiati Suid, dan akan diserahkan oleh Prof. Dr. Edi Sedyawati dan Dr. Julianti Parani.

Seperti yang disampaikan dalam siaran pers sebelumnya, IDF hadir berdasarkan keprihatinan dosen-dosen yang juga merupakan seniman tari di IKJ akan sepinya kegiatan seni tari bertaraf internasional sehingga menggugah mereka untuk mendirikan IDF pada tahun 1992.

Para dosen Fakultas Seni Pertunjukan tersebut adalah Sal Murgiyanto, Nungki Kusumastuti, Maria Darmaningsih, Melina Surjadewi, Dedy Luthan, Tom Ibnur, serta didukung oleh Farida Oetojo, Sardono W.Kusumo dan lainnya untuk menggarap festival tari kontemporer, yang eksistensinya tetap terjaga hingga tahun ini.

Baca: Ikatan Pilot Indonesia Tegaskan Tak Ada Hubungan antara Tarif Murah dengan Keselamatan

Selama lebih dari dua dekade, Indonesian Dance Festival berkibar di dunia tari internasional.

Sebagai sebuah acara biennale, IDF mendorong munculnya begitu banyak koreografer terkemuka sambil berusaha keras untuk menampilkan festival yang bergengsi dan bertaraf internasional setiap kali acara berlangsung.

IDF tidak hanya menampilkan karya-karya koreografer terkenal di dunia internasional, namun juga berupaya menemukan bakat-bakat para koreografer muda Indonesia untuk ditampilkan di IDF.

Program-program utama festival ini meliputi: pementasan tari yang terdiri dari showcase (Kampana) dan mainperformance, workshop (akademi IDF), presentasi, seminar, penerbitan dan publikasi seni tari, kompetisi, masterclass, commissionworks, dan berbagai program stimulasi karya-karya baru serta berbagai presentasi karya-karya inovatif dari para seniman muda potensial.

Seno Gumira Ajidarma, Rektor IKJ mengatakan IDF harus jadi wadah pembelajaran, bukan saja bagi seniman tari, tapi seniman lain, termasuk peminat seni.

"Kegiatan-kegiatan pada pelaksanaan IDF harus dapat menjadi penentu standar kualitas dan meningkatkan penyelenggaraan acara menjadi lebih baik. Pergelaran yang ditampilkan setiap hari menjadi momentum ritual peningkatan mutu,” katanya.

Baca: Dibuka Tarian dan Sasando, President Cup 2018 Bukti Ampuhnya Sport Tourism di Crossborder

Visi dan misi festival ini berpijak pada konteks pengalaman kultural Indonesia yang hidup dalam kisaran dan pertemuan dari berbagai akar budaya yang sangat beragam.

Tahun ini adalah tahun ke 14 penyelenggaraan IDF, menandai tahun ke 26 keberadaannya, dengan tema “Demo/cratic Body: How Soon Is Now?” yang melibatkan 8 negara sebagai berikut: Indonesia, Meksiko, Prancis, India, Jerman, Australia, Korea Selatan, dan Singapura. IDF ke 14 akan diadakan di berbagai tempat di Jakarta dari tanggal 6 – 10 November 2018.

Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, Perpustakaan Nasional RI, Teater Salihara adalah tempat-tempat dimana kita dapat menyaksikan berbagai pertunjukkan menarik persembahan Indonesian Dance Festival.

Hingga tahun 2016, IDF telah berhasil menampilkan tak kurang dari 250 karya-karya koreografer terkemuka Indonesia dan karya-karya penting dari berbagai negara Asia, Eropa, Afrika, Australia dan Amerika. IDF juga didukung oleh para kurator tari internasional terkemuka, yaitu Tang Fukuen (Singapura), Daisuke Muto (Jepang) dan Arco Renz (Jerman).

IDF mengajak publik Jakarta dan Indonesia untuk merayakan kreativitas budaya yang beragam dengan segala perbedaan identitas sehingga terjadi dialog guna membangun kehidupan yang lebih indah dengan toleransi serta apresiasi terhadap keberagaman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini