News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Presiden Jokowi: Politik itu Bukan untuk Menakut-nakuti

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (8/11/2018)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politik dan pesta demokrasi bangsa kita sudah semestinya disambut dan dihinggapi rasa gembira oleh masyarakat Indonesia.

Dengan kegembiraan itu, masyarakat dapat memberikan suaranya secara jernih dan rasional bagi pemimpin yang dirasa tepat memimpin Indonesia.

Hal itu adalah pandangan sekaligus harapan Presiden Joko Widodo terkait pesta demokrasi di negara ini.

Kegembiraan demokrasi ini tentu hanya dapat dicapai dengan cara-cara yang sesuai dengan kesantunan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Baca: Jubir Jokowi Sebut Istilah Politik Genderuwo Tak Ditujukan ke Kelompok Tertentu

Politik yang dibiarkan berjalan dengan menihilkan etika sudah sewajarnya kita hindari.

"Kita harus mengarahkan kematangan dan kedewasaan berpolitik dengan cara-cara seperti itu (santun). Oleh sebab itu, sering saya sampaikan: hijrah dari ujaran kebencian kepada ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme kepada optimisme, hijrah dari kegaduhan ke kerukunan dan persatuan," ujar Presiden.

Pernyataan Presiden tersebut disampaikan selepas meresmikan jalan tol Pejagan-Pemalang dan Pemalang-Batang di Kabupaten Tegal pada Jumat, 9 November 2018.

Dalam acara sebelumnya di Gelanggang Olahraga Tri Sanja, Kepala Negara sempat menyinggung soal kesantunan yang dirasa menghilang dari sejumlah perilaku berpolitik.

Ia melihat bahwa sekarang ini banyak politikus yang pandai memengaruhi masyarakat. Namun, yang amat disayangkan olehnya, para pelaku politik cenderung tidak memandang etika berpolitik dan keberadaban.

"Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan dan kekhawatiran. Setelah takut, yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Masyarakat emang digiring untuk ke sana. Dan yang ketiga, masyarakat akan menjadi ragu-ragu," ucapnya.

Presiden memiliki satu istilah khusus untuk menggambarkan perilaku berpolitik tak beretika yang menebar ketakutan dan kekhawatiran di tengah masyarakat.

Berangkat dari mitos Jawa mengenai makhluk halus, dirinya menyebut hal itu sebagai "politik genderuwo", politik yang menakut-nakuti.

"Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, menakut-nakuti," tuturnya.

Presiden berharap agar cara-cara berpolitik serupa itu segera ditanggalkan.

Sudah selayaknya bagi masyarakat kita untuk memperoleh contoh politik yang baik dan menghadirkan kegembiraan pesta demokrasi di negara kita.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini