TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Badan Kepegawaian Negara ( BKN) tidak akan menurunkan passing grade atau nilai ambang batas dalam Seleksi Kompetensi Dasar ( SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS) 2018 meskipun menuai protes di sejumlah daerah karena dinggap terlalu tinggi.
Alasannya, BKN tidak ingin merekrut Aparatur Sipil Negara ( ASN) yang tingkat kompetensinya rendah.
Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana mengatakan, Indonesia akan menghadapi perubahan.
Sementara perubahan itu juga akan dialami oleh ASN dalam menjalankan tugasnya.
Karena itu, ASN yang direkrut saat ini harus siap dengan tantangan tersebut.
"Pertama kita ingin PNS itu, PNS yang memiliki kompetensi tinggi. Kenapa begitu, karena Indonesia dalam 10 atau 20 tahun lagi itu sudah akan sangat berbeda dengan sekarang. Sudah industri 4.0, sudah digital ekonomi dan lain - lain."
"Jadi PNSnya harus cari PNS yang bisa melaksakana beban tanggungjawab itu," katanya saat meninjau pelaksanaan tes CPNS di Kota Malang, Jumat (16/11/2018).
Baca: Tes SKB CPNS 2018 Tidak Diberlakukan Passing Grade, Simak Kisi-Kisi dari BKN
Bima mengatakan, soal yang disusun untuk seleksi tersebut sudah disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia di masa mendatang.
Dengan demikian, ASN yang dihasilkan mampu memenuhi tanggungjawabnya.
Alasan itu lah yang membuat BKN bersikukuh tidak mau menurunkan passing grade meski memuai banyak protes.
"PNSnya seperti apa yang seperti itu. Kalau dibuat soal, kira - kira soalnya seperti apa. Nah, soal - soal ini lah sebetulnya mencerminkan tugas dan tanggungjawab PNS itu kedepan," ungkapnya.
"Bayangkan 30 tahun lagi anak - anak yang ujian sekarang ini lah yang akan memimpin Indonesia. Saya sudah lenyap. Kalau mereka rekrutmennya asal - asalan, tingkat kompetensinya rendah. Kira - kira Indonesia 30 tahun lagi akan seperti apa. Jadi itu tidak bisa ditawar itu kan. Karena untuk masyarakat juga," jelasnya.
Tingkat Kompetensi yang Jomplang
Sementara itu, Bima mengakui bahwa tingkat kompetensi peserta CPNS di daerah masih banyak yang rendah.
Berbeda dengan peserta tes CPNS di kementerian dan lembaga yang tingkat kelulusannya sudah tinggi.
"Kalau kita lihat kelulusan di kementerian lembaga, ini tinggi, 20 sekian persen. Tahun lalu juga seperti itu. Jadi dari sisi soal sebetulnya tidak ada masalah. Tapi begitu diterapkan di daerah, provinsi atau kabupaten kota, yang lulus jeblok. Untuk yang wilayah barat cuma 3 sekian persen, wilayah tengah 2,75 persen, wilayah timur 1,75 persen, ada gap antara yang lulus di pemerintah pusat dan daerah," terangnya.
Oleh karena itu, Bima menilai banyaknya peserta CPNS yang tidak lolos bukan karena passing grade yang terlalu tinggi atau karena soal yang diberikan.
Melainkan karena kualitas pendidikan yang dinilainya belum merata.
"Ini kan bukan salah tesnya kan. Gimana kompetensi mereka kok bisa sangat buruk seperti itu. Ini PR ke depan bagaimana menyamakan atau membuat standart pendidikan Indonesia lebih baik lagi sehingga teman - teman, masyarakat di daerah itu bisa bersaing," katanya.(Kompas.com/Kontributor Malang, Andi Hartik)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ingin Hasilkan ASN Berkualitas, BKN Tak Mau Turunkan Passing Grade Tes CPNS"