TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan kehormatan ulama Al-Azhar di Ruang Ketua Umum PBNU, Lantai 3 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (21/12) sore. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyambut baik mereka.
Rombongan kunjungan terdiri atas Prof Dr Ibrahim Hudhud (mantan Rektor Al-Azhar) dan Wakil Rektor al-Azhar Prof Dr Aayrof Atiyah.
Pihak PBNU yang hadir menyambut rombongan Al-Azhar adalah Kiai Said, Katib Aam PBNU KH Yahya C Staquf, Sekjen PBNU Helmy Faishal, Ketua PBNU KH Abdul Mannan Ghani, Ketua PBNU Hanif Saha Ghafur, Wasekjen PBNU Imam Pituduh, Ketua PP LAZISNU Ajat Sudrajat dan Wasekjen PP ISNU M. Sofwan Erce.
“Kami ucapkan selamat datang Prof Dr Ibrahim Hudhud dan Prof Dr Aayrof Atiyah. Al-Azhar adalah gudang ulama. Kiblat ilmu Islam. Kami optimis Islam dihormati, dihargai, dan semakin jaya dengan keberadaan Al-Azhar,” kata Kiai Said.
Keduanya terlibat percakapan dunia Islam di Indonesia dan di Timur Tengah. Mereka prihatin atas kekerasan dan gerakan intoleran yang terjadi di tengah umat Islam.
Ibrahim Hudhud mengatakan bahwa Islam membawa perdamaian dan persatuan di tengah perbedaan. Islam tidak mengajarkan saling mencaci maki karena perbedaan, termasuk perbedaan agama.
“Islam agama islah, memakmurkan, bukan meruntuhkan, tidak menumpahkan darah, dan menebang pohon. Islam tidak meruntuhkan gereja-geraja. Ketika Amr bin Ash menjadi Gubernur Mesir di zaman Khalifah Umar RA tidak ada gereja yang diruntuhkan,” kata Ibrahim Hudhud.
Di sela kunjungan, Ustadz Ajat menyampaikan bahwa hubungan NU dan Al-Azhar sangat baik. Bahkan kini NU telah mengirimkan 30 pelajar untuk dididik di Al-Azhar.
“Yang dai sebanyak 50 orang akan berangkat Januari 2019 untuk kursus dua bulan di Al-Azhar sebagai tindak lanjut kunjungan Syekh Al-Azhar beberapa waktu lau di PBNU,” kata Ajat.