Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNNEWS.COM, PANDEGLANG - Jariah tampak termenung di depan Ruang Kelas SD Kalanganyar 01, Labuan, Pandeglang, Banten, Jumat (28/12/2018).
Ia terlihat lesu, meskipun dirinya telah dua kali makan dan baru saja santap siang bersama sejumlah pengungsi.
Jariah adalah korban tsunami Selat Sunda, yang rumahnya hancur tersapu tsunami di bibir pantai.
Sejak Minggu (23/12/2018), Jariah diungsikan di SD Kalanganyar 01 bersama suami dan tiga orang anaknya.
Baca: Jumlah Korban Tsunami Selat Sunda Berkurang, Ada Pencatatan Ganda di Kabupaten Pandeglang dan Serang
"Bingung atuh sampai kapan saya di sini, rumah sudah gak punya, bapaknya mau melaut nyari ikan gak bisa," ucap Jariah.
Tinggal di dalam ruang kelas yang beralih fungsi menjadi tempat pengungsian, Jariah harus tidur bersama sekitar 50 warga lainnya.
Baca: Momen Ashanty Panik Dua Anaknya Hilang di Bangkok, Aurel Peluk Ibunya saat Bicara dengan Pengasuh
Meski begitu, ia pun tetap bersyukur karena makanan, kesehatan, dan fasilitasnya dapat terjamin.
"Makan dapat sehari tiga kali malah, kalau sakit ada dokter bisa periksa, tapi bingung mau sampai kapan disini, rumah sudah gak punya," ujar Jariah.
Pantauan TribunJakarta.com, enam ruang kelas SD Kalanganyar memang dialihfungsikan menjadi lokasi pengungsian sementara.
Baca: Ratu Tisha Akhirnya Penuhi Panggilan Satgas Antimafia Bola
Rata-rata, dalam satu kelas bisa diisi dari 30 hingga 50 pengungsi, sesuai data yang terpasang di pintu masuk ruang kelas.
Trauma dan rasa takut yang mendalam pun masih menyelimuti Jariah.
Ia menuturkan perasaannya deg-degan apabila melihat air pasang.
"Iya atuh mah masih trauma, liat air itu ombak takut saya mah sekarang," imbuh Jariah kepada TribunJakarta.com.