News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perhimpunan Pelajar Indonesia Desak Taiwan dan Indonesia Perbaiki Sistem Rekrutmen Kuliah Magang

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Kuliah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) mendesak baik Indonesia dan Taiwan, memperbaiki secara detail rekrutmen peserta program Kuliah Magang serta tata kelola program itu.

Diharapkan, dari perbaikan tersebut, masyarakat mendapat gambaran terkait program yang akan dijalani.

"Mendorong kesungguhan kedua belah pihak pemerintah, yaitu Indonesia dan Taiwan untuk melakukan monitoring, evaluasi, penataan kembali sistem mutu dan kurikulum pendidikan (program kuliah magang)," kata Ketua PPI Taiwan, Sutarsis, diketerangannya, Senin (7/1/2019).

"Pemerintah Indonesia untuk hadir memberikan kepastian dan jaminan terhadap program pendidikan luar negeri, khususnya kuliah magang Taiwan," sambungnya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan PPI sejak tahun 2018, ditemukan beberapa fakta yaitu : proses rekrutmen menggunakan pihak agensi atau pihak ketiga, di luar pemerintah daerah (pemda) dan universitas.

Sehingga menimbulkan beberapa permasalahan, seperti ketidaksesuaian universitas yang diubah tanpa
sepengetahuan calon mahasiswa dan diputuskan begitu saja saat di Taiwan.

"Pengaturan pemilihan jurusan dikendalikan oleh pihak ketiga. Hal ini menyebabkan mahasiswa dengan
terpaksa mengambil jurusan yang tidak diminati dan tidak sesuai dengan bidang minatnya," ungkap Mahasiswa S3 ini.

Kemudian, terdapat variasi yang sangat besar dari pembiayaan keberangkatan yang ditetapkan oleh pihak ketiga, yaitu 10-40 juta, yang mana digunakan untuk biaya persiapan bahasa atau matrikulasi, pengurusan dokumen, dan pemberangkatan.

"Calon mahasiswa tidak mendapatkan penjelasan yang memadai mengenai komponen pembiayaan tersebut. Pihak ketiga menetapkan pembiayaan dengan seenaknya dan tidak terkontrol," tutur dia.

Lebih jauh, pihak ketiga juga tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang pembiayaan kuliah, sistem pendidikan, mekanisme dan pelaksanaan magang, serta sistem penggajian magang.

"Ketidakjelasan tersebut salah satu dampaknya adalah ketidaksiapan/kesulitan finansial," ujar Sutarsis.

Ia menerangkan, program yang dimulai sejak 2017 ini merupakan program kuliah magang atau dikenal double track, atau industry academia collaboration.

Pendidikan tinggi strata D3 dan S1 ini dirancang dengan sistem pembelajaran kuliah kelas, praktek, dan magang/kerja industri. Dengan 128 sks untuk D3 dan 144 sks untuk S1.

"Secara pembiayaan, program kuliah magang adalah kuliah dengan biaya mandiri oleh mahasiswa yang
bersangkutan atau tanpa beasiswa," kata dia.

Mayoritas sistem pengajian, ia menuturkan, sudah memenuhi standard intership sekitar 150NT/jam dengan jumlah pendapatan 9000NT-11000NT per bulan, meski di salah satu universitas masih menerapkan gaji di bawah standar.

"Ketentuan jenis pekerjaan magang industri yang dihitung dalam sks kuliah didesain tidak harus memiliki keterkaitan dengan bidang studi yang diambil. Dari kerja magang tersebut mahasiswa peserta mendapat gaji yang untuk membiayai kuliah dan kehidupan selama di Taiwan," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini