TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua malam sebelum penemuan Cockpit Voice Recorder (CVR) Lion Air JT 610 di perairan Karawang, seluruh awak yang berada di KRI SPICA melangsungkan pengajian.
Pengajian, menurut Komandan KRI SPICA Letkol Laut Hengky Iriawan untuk meminta petunjuk dan kesabaran bagi seluruh tim yang berada di atas kapal. "Iya kami menggelar pengajian di kapal. Kami meminta petunjuk dan kesabaran dari Yang Maha Kuasa," jelasnya kepada Tribun di atas kapal KRI SPICA, Senin (14/1).
Alasan lain, Hengky menuturkan, begitu sulitnya kondisi yang ditemui selama perjalanan enam hari. Cuaca yang tidak bersahabat, jarak pandang bawah air yang terbatas, serta suara "Ping" yang beberapa kali ada dan hilang.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Jakarta Hari Ini Selasa 15 Januari 2019, Siang Hari Hujan Lokal & Hujan Ringan
"Ya kesulitannya cukup banyak. Tapi, kami tidak menyerah. Kami ingin maksimal di hari terakhir. Usaha dan berdoa," kata dia.
Tim gabungan dari unsur Dislambair Koarmada I, Kopaska dan KNKT pun harus menetapkan as roda pesawat Lion Air JT 610 sebagai titik koordinat.
Pasalnya, seluruh tiang tanda yang ditancapkan di dalam air hilang karena arus air di bawah laut, cukup kencang. Dari situ, tim penyelam sebanyak 25 anggota menarik tali sepanjang 10 meter dan melakukan metode "Circle".
"Itu salah satu kesulitan juga. Kami tancapkan beberapa tanda, tapi hilang semua. Jadi, ada As Roda sebagai patokan lalu kami pakai metode Circle, atau memutari patokan dan mencari secara manual," urainya.
Baca: Disindir Menjemput Mantan Usai Nyanyi Lagu Topeng Ariel, Respons Luna Maya Buat Studio Langsung Riuh
Pencarian manual yang dimaksud adalah mencari CVR dengan menggunakan rabaan tangan penyelam. Seluruh benda yang terpegang dimasukkan ke dalam satu buah karung yang dibawa oleh tim.
"Iya, penyelam meraba pakai tangan. Alhamdulillah, terlihat ujungnya tempat CVR itu, kemudian diangkat dan benar benda yang kami cari," ucapnya.
Komandan Tim Penyelam, Kapten Iwan Kurniawan menguraikan selama berada di dalam laut, satu tim yang beranggotakan empat orang, tetap menyisir beriringan dengan mengikat satu tali di masing-masing penyelam. Keempatnya, meraba bagian dasar laut dan berharap hal terbaik.
"Kami diikat pakai tali di bawah untuk menyisir bagian dekat titik koordinat. Tidak ada lagi alat lain. Soalnya, sudah tidak ada bunyi Ping," jelasnya.