TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan Insfrastruktur terus dilakukan oleh pemerintahan Jokowi, mempunyai dampak yang baik untuk kaum milenial.
Menurut Koordinator Relawan Milenial Jokowi-Amin, Pradana Indraputra, infrastruktur yang saat ini dibangun akan sangat berguna dan mampu memenuhi kebutuhan kalangan milenial di masa yang akan datang.
"Jokowi tidak bicara sekarang, hari ini, tapi masa depan, Pembukaan pelabuhan baru dan pembukaan jalan baru bermanfaat untuk kalangan milenial di daerah untuk bisa melihat dunia luar," tutur Pradana usai menghadiri Diskusi Publik bertajuk "Milenial Bicara Infrastruktur" di Kopi Buntu - Brigth Cafe, Jalan Tebet Timur Dalam 2 No 3, Jakarta Selatan, Sabtu (19/1/2019).
Diskusi yang digelar Suropati Syndicate juga menghadirkan peneliti INDEF Bima Yudhistira dan peneliti Suropati Syndicate Alhe Laitte.
Pradana yakin, jika Jokowi terus melanjutkan masa kepemimpinannya, dampak terhadap Insfrastruktur yang sudah dibangun akan terasa.
Baca: Jelang Pemilu, Generasi Milenial Harus Jadi Pemilih Cerdas
Pradana juga menyampaikan, perihal dengan menjaga kaum milenial ini yang sangat rentan terpengaruh dengan isu-isu miring atau berita-berita hoax.
Maka dari itu, kata Pradana perlu sesering mungkin menyampaikan informasi di media sosial.
"Seperti menyampaikan prestasi pemerintah dan juga mengkalarifikasi dengan hoax-hoax yang ada melalui media sosial, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook" ujarnya.
Baca: Sempat Foto Keluarga Sebelum Tsunami, Istri Kembaran Ifan Seventeen Ceritakan Perilaku Dylan Sahara
Sementara itu, Peneliti INDEF Bima Yudhistira menuturkan pembangunan insfrastruktur yang dibangun Jokowi terkoneksi dengan pembangunan ekonomi. Keterkaitan kaum milenial dengan insfrastruktur, kaum milenial harus bisa memanfaatkannya dengan baik.
"Millenial harus berpikir bagaimana memanfaatkan infrastruktur yang dibangun pemerintah saat ini," kata Bima.
Bima menyoroti, kurangnya minat kaum milenial untuk masuk ke sektor pertanian dan industri dapat mempengaruhi kegunaan dari insfrastruktur tersebut.
"Sekarang malas masuk sektor pertanian dan industri. Sementara rata-rata petani umurnya lebih dari 45 tahun, milenial lebih kepada jasa dan e-commerce. Percuma bendungan dan jalan dibangun tapi kaum milenial nggak mau masuk sektor pertanian. Kita tertinggal jauh dengan negara-negara di Asia Tenggara," ujarnya.