Sembilan pabrik gula baru di Indonesia saat ini bersiap untuk memperkuat produksi gula nasional. Salah satunya pabrik PT Rejoso Manis Indo di kabupaten Blitar, Jawa Timur siap meningkatkan produksi gula hingga 20 ton cane per day (TCD), dengan rata-rata produksi gula kualitas tinggi sebanyak 1.600 ton perhari. Jumlah ini dinilai realistis dan sejalan dengan cita-cita swasembada pada tahun 2020 mendatang.
"Saya kira swasembada gula pada tahun 2020 bisa terwujud. Tetapi kita juga memiliki tantangan menjawab kebutuhan gula masyarakat kita yang terus bertambah. Nah, kebutuhan mereka ini harus kita penuhi," kata Syukur Iwantoro, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dalam kunjungannya, Sabtu (26/1).
Syukur menjelaskan, peningkatan produksi ini juga bagian dari yang diharapkan Presiden Joko Widodo sesuai amanat Nawacita. Yang jelas, kemampuan produksi dalam negeri harus meningkat dari jumlah awal yang hanya 2 juta ton menjadi berlipat-lipat.
"Saat ini menurut survei lahan yang saya terima, lahan tebu yang sudah digunakan mencapai kurang lebih 18.000 hektar di seluruh Kabupaten Belitar. Nah, kami berharap ke depan adanya pabrik ini, mampu membuka lahan lain untuk meningkatkan produksinya," katanya.
Selain itu, kata Syukur, proses peningkatan ini juga semakin kuat setelah terjadi multiply effect pada saat menebang 20 ribu hektar yang langsung dibuka open truk sebanyak 1500 dan keluar sebanyak 1500.
"Kemudian perusahaan ini juga menyerap tenaga kerja organik sebanyak 1800 orang dan non organik sebanyak 5000 orang. Disini jelas sekali bahwa pabrik ini menguntungkan banyak pihak, termasuk akan adanya restoran, kos kosan, warung dll," katanya.
Secara singkat, sembilan pabrik gula baru ini adalah pabrik-pabrik dengan konsep ramah lingkungan karena semua prosesnya tak lagi menggunakan cara lama dan green teknologi.
Direktur Utama PT Rejoso Manis Indo, Hans Falita Hutama, mengatakan pabrik gula miliknya sudah memakai teknologi baru, yakni dengan sebuah alat Blorer yang mampu menghasilkan karbon.
"Jadi untuk memutihkannya dengan karbon yang juga sudah kita proses. Selanjutnya kita treatment lalu kita campurkan dengan mira gula yang kemudian akan mengambil partikel warna, sehingga hasilnya gula ini benar-benar sehat," katanya.
Hans mengatakan, semua proses produksi gula mulai dari tanam, panen, pengolahan hingga pembuangan limbah sudah diatur melalui mekanisme teknologi mesin tercanggih di dunia, khususnya pada alat produksi gula.
"Ampas yang kering bisa diintegrasikan dengan pakan sapi, kemudian alat yang kami gunakan menghasilkan tenaga uap tinggi dan menghasilkan turbin, yang mampu menangkap debu dengan medan magnet, sehingha tidak ada debu yang keluar ke pemukiman warga. Artinya pabrik ini hasil dari alam yang akan kembali ke alam," katanya.
Hans berharap, keberadaan pabrik mampu meningkatkan kesejahteraan petani tebu menjadi lebih baik. Apalagi sistem transaksi yang diterapkan adalah pola beli putus. Terlebih, Kabupaten Blitar adalah salah satu sentra perkebunan tebu terbesar.
"Kan selama ini petani susah menjual hasil panennya karena pabriknya jauh. Padahal wilayah mereka adalah sentra tebu terbesar di Indonesia. Mudah-mudahan dengan adanya pabrik mereka bisa terbantu," tukasnya.