TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rocky Gerung dinilai telah menyalahgunakan metode akal sehat hanya untuk mengritik Jokowi. Tapi, semangat akal sehat sama sekali tidak digunakan Rocky untuk mengkritik Prabowo.
Hal itu dikatakan Denny JA melalui tulisannya yang beredar di sejumlah media sosial berjudul: Ketika Kata Akal Sehat Menangis di Kamus di Musim Pilpres.
Denny JA, doktor ilmu politik lulusan Ohio State University, AS, yang juga mendalami filsafat, menggali terminologi akal sehat dalam perdebatan akademik. Menurut Denny, akal sehat dapat dicarikan akarnya pada common sense atau critical thinking.
Baca: Eva Kusuma Sundari: Koperasi Hidroponik Alat Perjuangan Ekonomi Warga
Namun ujar Denny, selama ini, akal sehat itu digunakan sebagai metode berpikir yang dipraktekan dan ditujukan kepada siapapun di ruang publik.
Baca: Menteri Sri Mulyani Tegaskan Tidak Ada Aturan Khusus untuk GO-PAY dan OVO
Baca: Polisi Tangkap Begal yang Jadikan Wanita Sasaran di Kabupaten Tangerang
"Di tangan Rocky Gerung, ujar Denny JA, akal sehat sudah dimiskinkan, bahkan disalahgunakan untuk mengkritik Jokowi saja, tidak untuk Prabowo juga."
Menurut Denny, Rocky Gerung sudah menyalahgunakan akal sehat untuk tiga hal.
Pertama, Rocky sudah memiskinkan atau menyempitkan pengertian akal sehat. Selama sejarah akademik, akal sehat digunakan untuk mengkritik apa saja, dan siapa saja, di ruang publik. Bahkan juga akal sehat bisa digunakan untuk ruang pribadi.
Di luar yang menjadi presiden, tokoh oposisi, pengusaha besar, akademisi, bahkan media, sama sahnya dikritik dengan akal sehat. Mengapa di musim pilpres, akal sehat oleh Rocky tidak digunakan untuk juga mengkritik Prabowo yang juga pasti ada kesalahan.
Kedua, menurut Denny, katakanlah jika Rocky Gerung konsisten hanya ingin mengkritik yang berkuasa. Tapi siapakah yang berkuasa dalam pemerintahan demokratis? Dalam sistem Trias Politica yang berkuasa tak hanya eksekutif (Presiden) tapi juga legislatif (DPR, Partai). Karena Prabowo ketum partai besar, Prabowo juga penguasa.
Menyatakan Prabowo belum berkuasa sama dengan menihilkan kekuasaan legislatif yang besar dan sah, termasuk partai politik di dalamnya.
Ketiga, apa faedahnya menunda kritik akal sehat kepada capres, menunggu sampai ia terpilih menjadi presiden dulu. Kebijakan publik itu sebuah proses. Program, janji dan pernyataan capres, jika memang ada kesalahan, justru perlu dikritik sedini mungkin. Dengan demikian kesempatan draft kebijakan publik itu untuk menyempurnakan diri semakin terbuka dan panjang.
Denny JA menyatakan tak keberatan jika Rocky Gerung sebenarnya menjadi tim sukses tak resmi Prabowo. Namun ujar Denny, pretensi akademis dan penyalah gunaan terminologi akal sehat itu layak juga dikritik. (*)