News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Wayang Nasional Kokohkan Wayang Sebagai Sumber Nilai dan Jati Diri Bangsa

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aksi Ki JLITHENG dalam pentas Wayang Kampung Sebelah di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (29/9/2011) Ki Jlitheng menglontorkan kisah kehidupan terkini bangsa Indonesia berta berkaloborasi dengan sejumlh alat musik modern. (TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perjuangan panjang organisasi dan pelaku pewayangan Tanah Air untuk penetapan Hari Wayang Nasional (HWN) akhirnya membuahkan hasil.

Presiden Joko Widodo pada 17 Desember 2018 lalu meneken Keppres Nomor 30 Tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional di mana telah ditetapkan Hari Wayang Nasional akan diperingati setiap 7 November.

Penetapan tersebut disambut gembira sebagai momentum pengembangan seni wayang. Tentu HWN disambut gembira karena telah menambah kekuatan seni budaya wayang di Indonesia.

Penetapan HWN menjadi momentum penting peneguhan wayang sebagai sumber nilai dan identitas jati diri bangsa di tengah derasnya berbagai produk kebudayaan yang masuk dari luar.

"Kita ingin wayang bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hari besar pewayangan itu bisa menjadi momentum pengembangan pewayangan," kata Suparmin Sunjoyo, Ketua Umum Sekretariat Nasional Wayang Indonesia (SENA WANGI) di Jakarta, Selasa (19/2/2019).

Dikatakannya, Keppres No 30 Tahun 2018 menegaskan peranan dan tugas seni budaya wayang menjadi sumber nilai serta jati diri bangsa. Tugas yang mulia tetapi berat karena organisasi pewayangan harus mampu menampilkan pergelaran wayang yang berkualitas edipeni dan adiluhung.

Baca: Jurus Caleg Rocker Menangkan Jokowi Lewat Kolaborasi Rock dan Wayang

Pentas wayang yang bermutu hanya bisa ditampilkan oleh para dalang yang mumpuni karena di tangan mereka wayang bisa menjadi tontonan yang menarik dan menyampaikan pesan tuntunan hidup yang tersusun rapi," imbuh Suparmin.

Baca: Jurus Caleg Rocker Menangkan Jokowi Lewat Kolaborasi Rock dan Wayang

Oleh karena itu, organisasi-organisasi pewayangan menyelenggarakan Rapat Koordinasi pada tanggal 19 Februari 2019, di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta Timur.

Rapat dihadiri oleh pimpinan dan pengurus SENA WANGI, Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI), Asean Puppetry Association (APA), Union Internationale de la Marionnette (UNIMA) Indonesia, Persatuan Wayang Orang Indonesia (PEWANGI), lembaga Pemerintah, sanggar-sanggar dan komunitas wayang lainnya.

Selain laporan rutin dari masing-masing organisasi dan lembaga, dalam rapat dibahas Renstra Jangka Panjang Pengembangan Pewayangan Indonesia, wayang memasuki dunia ilmu pengetahuan, kemudian rencana pentas wayang oleh PEPADI kabupaten/kota dan lain-lain.

Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI, Eny Sulistyowati, menjelaskan Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan digelar sesuai dengan arahan Dirjen Kebudayaan Kemdikbud Hilmar Farid agar Hari Wayang Nasional (HWN) menjadi momen bersama menggerakkan berbagai kegiatan pewayangan secara nasional dan serentak di seluruh Indonesia.

Menurutnya, dunia pewayangan saat ini menghadapi tantangan besar dalam menjangkau khalayak generasi muda.

Perlu strategi penyesuaian agar wayang tetap bisa dinikmati khalayak luas, khususnya generasi milenial yakni penyesuaian waktu pertunjukkan yang tidak harus digelar semalam suntuk. Wayang bisa digelar dalam waktu singkat sekitar 2-3 jam tanpa menghilangkan inti pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton.

Untuk menarik minat generasi milenial, kata Eny, pengembangan ke depan juga bisa diarahkan agar wayang menjadi fondasi dari produk seni kreatif yang tengah digandrungi seperti film, animasi, musik, fesyen, game applikasi, karya desain grafis, dan sebagainya.

"Melalui momentum HWN, wayang harus bisa merasuk ke masyarakat. Bisa melalui film, misalnya cerita Mahabarata dijadikan film cerita berseri. Atau tokoh-tokoh pewayangan dijadikan inspirasi dalam karya fesyen. Minimal anak muda bisa mengenal karakter dalam pewayangan," ucap Eny.

Pentas Drama Wayang Modern

Rapat Koordinasi Organisasi Pewayangan juga akan ditutup dengan pentas Teater Wayang Indonesia (TWI) dengan menampilkan pergelaran wayang orang bahasa Indonesia bertajuk The Opera Drama Wayang Swargaloka bertempat di Teater Kautaman pukul 19.30 WIB.

Menyajikan cerita “Kidung Anargya Kunthi Talibrata”, Drama Wayang Swargaloka akan didukung para seniman wayang terkemuka dan bintang tamu maestro dalang Ki Manteb Soedarsono.

Drama Wayang (Drayang) Swargaloka adalah kreasi seni wayang orang garapan baru berbahasa Indonesia yang memadukan konsep wayang orang tradisional dan drama modern tanpa menghilangkan ciri khas wayang orang.

Pertunjukan antara lain memuat unsur seni tari, seni peran, seni suara, seni musik/karawitan dan seni rupa.

Pada penyajiannya, Drayang Swargaloka juga menampilkan siluet wayang kulit dalam layar lebar selebar tirai panggung dan memadukan seni multi media.

Drama wayang juga diiringi musik gamelan yang dipadukan dengan alat musik barat seperti biola, cello, saxophone, organ elektronik, dan drum.

Koreografi dalam Drayang Swargaloka berbasic tari Jawa yang dipadukan dengan tarian daerah lain dalam konsep tradisi kontemporer.

Drayang Swargaloka menggunakan rias karakter sesuai dengan watak tokoh dalam ceritera dengan balutan busana wayang orang yang telah dimodifikasi. Durasi pertunjukan sekitar 2 jam.

"Drama ini mengisahkan Kunthi (tokoh dalam epos Mahabharata) sebagai Ibu dari Karna dan Arjuna. Diceritakan perpisahan Kunthi dengan Karna ketika ia masih bayi merah yang membuat jalan hidupnya menjadi terjal. Namun mungkin saja kesedihan bagi Kunthi adalah jalan yang harus dilalui untuk menuju kebahagiaan," kata Ketua Bidang Humas dan Kemitraan SENA WANGI, Eny Sulistyowati, yang turut menjadi salah satu pemeran dalam Drayang Swargaloka tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini