News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Prihatin Pemilu Sebabkan Perpecahan, Habib Abdurrahman Assegaf Dukung Pemilu Damai

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII), Habib Abdurrahman Assegaf

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII), Habib Abdurrahman Assegaf, prihatin dengan perpecahan di masyarakat akibat pemilu, khususnya akibat pilihan politik yang berbeda di Pilpres 2019.

"Akhir-akhir ini karena beda pilihan pertemanan bisa lepas. Padahal seluruhnya kita bersaudara," ujar Abdurrahman, dalam keterangan tertulis, Senin (18/2/2019).

Baca: Ancam Sebar Video Asusila Hingga Iming-iming Nilai Bagus Oknum Dosen di Bali Perkosa Mahasiswi

Ia menyesalkan dampak pemilu yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal, kata dia, seharusnya hubungan sesama umat dan anak bangsa tak hancur karena kepentingan politik sesaat.

Karenanya, menyikapi hal itu ia mengajak seluruh pihak menyukseskan pemilu dengan cara-cara yang menyejukkan.

"Saya mengimbau kepada seluruh anak bangsa yang berbeda pilihan, pilihan ini dalam rangka memenuhi demokrasi dan tiap lima tahunan, pemilu ini harus damai," kata dia.

Baca: Joko Widodo Kerap ke Tepian laut Saat Tengah Malam, Ini Kesaksian Pak RW

Habib Abdurrahman pun mendukung seluruh pihak terutama aparat kepolisian dan TNI, guna menyukseskan pemilu. Ia meminta aparat penegak hukum menjalankan tugasnya secara tegas, tanpa tebang pilih.

Adapun upaya lainnya agar pemilu berjalan lancar dan damai adalah dengan tidak memproduksi dan menyebar hoaks. Menurutnya, membuat serta menyebarkan informasi bohong dilarang oleh agama, terlebih Islam.

"Perbuatan hoaks adalah perbuatan yang dilarang oleh agama, artinya kalau mengaku beriman, enggak boleh menciptakan hoaks," tegasnya.

Baca: Misteri Mayat di Septic Tank Rumah Rental Tenda, Diduga Jasad Arnold yang Hilang Saat menagih Utang

Lebih lanjut, pria yang pernah jadi guru spritual almarhumah Julia Perez itu juga mengecam penyampaian ujaran kebencian. Karena perbuatan itu bisa melukai perasaan orang lain, khususnya yang dirugikan.

Ia juga menolak politisasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), serta politik uang. Sebab cara-cara itu diyakini merusak kualitas demokrasi.

"Islam tidak pernah mengajarkan ujaran kebencian. Kita ini bersaudara tidak boleh menyakiti saudara kita. Maka dari itu enggak boleh ada juga ujaran kebencian. Tidak boleh mengeluarkan kalimat-kalimat yang menjadikan orang sakit hati. Soal politisasi SARA, harus kita pahami bahwa ideologi bangsa kita sudah final," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini