News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

‎Lokakarya FSPBUN, Ketua Umum Sebut Banyak Masalah Mendera PTPN

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HAMPARAN SAWIT - Kendaraan rombongan Jelajah Energi Pertamax Borneo 2017 melintasi kawasan perkebunan sawit di kawasan Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, Sabtu (16/12). Rombongan selanjutnya akan melanjutkan perjalanan sejauh 600km menuju Pontianak, Kalimantan Barat. TRIBUN KALTIM/Fachmi Rachman

Laporan Wartawan Tribunnews.com Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (FSPBUN) menggelar Lokakarya Nasional dengan tema, Transformasi BUMN Perkebunan, sub tema Mau Dibawa Kemana BUMN Perkebunan, Kamis (21/2/2019) di Puri Agung Ballroom, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat.‎

Dalam pembukaan, panitia sempat membeberkan sedikit terkait sejarah perjalanan perkebunan Indonesia. Diketahui perkebunan Indonesia bermula dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan ‎perkebunan yang dimiliki bangsa asing, terutama Belanda pada 1957.

Setelah proses nasionalisasi, nama dan bentuk perkebunan Indonesia mengalami beberapa kali perubahan ‎melalui proses merger hingga restrukturisasi. Akhirnya di tahun 1996 berdasarkan PP no 16 tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I sampai XIV.

Ketua Umum FSPBUN, Tuhu Bangun mengungkapkan dalam kenyataannya masih terdapat berbagai permasalahan di BUMN Perkebunan (PTPN) baik yang datang dari internal maupun eksternal.

"Masalah itu diantaranya kepastian harga komoditi, kepastian hukum tentang HGU (aset lahan) yang berdampak pada masalah sengketa lahan," ucap Tuhu Bangun dalam sambutannya.

Baca: Pejabat PTPN III Tertangkap Basah Ngamar Dengan Suami Bukan Istri, Digerebek Suami Selingkuhan

Masalah lainnya yakni tingginya beban tenaga kerja, rendahnya produktifitas, gangguan keamanan produksi, isu lingkungan ‎hingga kemajuan teknologi.

Kemudian terdapat juga kebijakan dari pemerintah yang turut mempengaruhi kelincahan dan pencapaian target BUMN Perkebunan, seperti kebijakan impor pangan, terutama gula yang telah mengakibatkan petani dan produsen gula mengalami kesulitan akibat anjloknya harga gula.

Dalam kesempatan itu, Tuhu Bangun ‎juga menyampaikan laba atau rugi PTPN Group selama lima tahun terakhir adalah pada tahun 2014 PTPN Group mencatat laba sebesar Rp 443.601.000.000.

Di tahun 2015 PTPN Group mencatat rugi sebesar Rp 1.082.961.000.000‎ kemudian di tahun 2016 PTPN Group kembali mengalami rugi sebesar Rp 1.737.272.000.000 pada tahun 2017 PTPN Group mencatat laba sebesar Rp 736.004.000.000 dan tahun 2018 mencatat keuntungan sebesar 1.171 triliun (Prognosa s.d 31 Desember 2018).

"Fluktuasi kinerja PTPN Group sebagaimana yang kami sampaikan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang sangat fundamental yang tentunya menjadi fokus perhatian dan penyelesaiannya dalam lokakarya ini untuk mewujudkan harapan bangsa, negara dan seluruh staheholders," tutur Tuhu Bangun.

Tuhu Bangun menambahkan permasalahan yang dihadapi PTPN Group akan berdampak pada jutaan jiwa karyawan, para petani, masyarakat umum dan pensiunan karena keberadaan PTPN yang terdapat di seluruh pelosok Indonesia.

Melalui Lokakarya ini, Tuhu Bangun berharap bisa memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi PTPN dan mendapat masukan untuk mengatasi masalah yang ada demi melanjutkan kesinambungan eksistensi dan pertumbuhan PTPN Group kedepan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini