Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Senin (4/3/2019) pagi, Direktur Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Dr Soni Sumarsono mengakhiri masa baktinya selama 34 tahun melalui sebuah upacara serah terima jabatan yang dipimpin langsung Mendagri Tjahjo Kumolo.
Pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur itu pun resmi pensiun di usia 60 tahun dan menyerahkan jabatan Dirjen Otda kepada Pelaksana Tugas (Plt) Akmal Mali.
Sumarsono cukup dikenal publik sebagai spesialis pengganti sementara kepala daerah yang sedang menjalani cuti untuk kampanye sebagai calon petahana maupun pengganti sementara kepala daerah yang sudah habis masa jabatannya saat kepala daerah terpilih belum dilantik.
Mulai dari Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Penjabat Gubernur Sulawesi Utara, dan sosok Sumarsono paling dikenal saat menjabat Plt Gubernur Jakarta di Pilkada serentak 2017.
Usai upacara serah terima jabatan itu Tribunnews.com berkesempatan mewawancarai langsung pria yang akrab disapa Soni tersebut.
Berikut wawancara lengkap Tribunnews.com dengan Soni.
Apa kesan-kesan selama 34 tahun berkarir di Kemendagri?
Soni: Ada dua hal yang menurut saya sangat berkesan, pertama saya merasa dibesarkan oleh kementerian yang besar dalam artian Kemendagri adalah jantung serta poros penyelenggaraan pemerintahan.
Kemendagri harus bersinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya sekaligus bersinergi secara vertikal dengan kepala daerah-kepala daerah, betapa besar jangkauan kementerian ini.
Saya sekaligus berterima kasih karena saya merasa diberi kesempatan membesarkan kementerian ini.
Kesan kedua saya adalah selama 34 tahun pengabdian saya dan bekerja bersama 13 mendagri, saya melihat Menteri Tjahjo Kumolo ini sangat transparan.
Baca: Purna Tugas dari Kemendagri, Sumarsono dan Widodo Mendapat Lukisan Karikatur
Komitmen mewujudkan pemerintahan yang bersih, instruksinya jelas, budaya setor-menyetor atau pungutan liar (pungli), dan Pak Tjahjo benar-benar menggalakkan budaya antikorupsi yang terasa dari Eselon I hingga ke bawah.
Selama 13 berganti menteri itu saya merasa paling nyaman bekerja di bawah arahan Pak Tjahjo ini karena tak ada beban yang sifatnya nonteknis kepada menteri dan juga tak ada beban karena sama-sama mewujdkan tata kelola pemerintahan yang bersih.
Buat kami yang ada di bawahnya tentu gembira dengan kerja tanpa beban seperti itu, saya kira juga dirasakan hingga tingkat paling bawah, sebagai atasan juga tidak ada beban, jabatan tidak diperjualbelikan.
Modalnya hanya kompetensi, dipilih karena benar-benar pintar, komitmen kuat, dan persaingannya benar-benar “fair”. Saya pun berterima kasih kepada Pak Tjahjo karena beliau saya bisa seperti sekarang ini.
Merasa berat meninggalkan Kemendagri?
Soni: Secara pribadi saya merasa amat berat untuk keluar, saya ingin terus mengabdi tapi karena aturan mau tak mau saya harus mengundurkan diri.
Baca: Kisah Tentara Indonesia Kepung 3000 Musuh Hanya dengan 30 Personil Saja
Saya akan teruskan pengabdian kepada Kemendagri sebagai tenaga pengajar di IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri) sehingg status saya sebagai ASN (aparatur sipil negara).
Sudah berapa jabatan yang anda pegang selama 34 tahun di Kemendagri?
Soni: Mulai dari kepala seksi sudah dua kali, sekali kasubdit, jabatan Eselon II juga dua kali, direktur di Ditjen Bina Pemerintahan Desa, direktur di Ditjen Otda, kemudian di BNPP (Badan Nasional Pengelola Perbatasan), dan Dirjen Otda, total sembilan.
Kalau ditambah sebagai Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Penjabat Gubernur Sulawesi Utara, dan Pelaksana Tugas Gubernur Jakarta total 12.
Yang paling berkesan?
Soni: Yang paling berkesan tentu menjadi Plt Gubernur Jakarta, karena saya menjabat ketika ada dinamika unjuk rasa 411, 212, dan lain-lain, suasana panas sehingga kita harus mendinginkan.
Kalau dalam jabatan tentu Dirjen Otda yang sudah 3,8 tahun saya pegang. Saya bilang paling berkesan karena kompleksitasnya luar biasa, sebagai Dirjen Otda harus menguasai tiga ilmu yaitu politik, pemerintahan, dan hukum.
Yang dihadapi adalah kepala daerah-kepala daerah di mana kebijakan Dirjen Otda sangat strategis sebagai jantung Kemendagri yang menentukan jalannya pemerintahan dalam negeri. Istilahnya kalau sudah pernah menjabat jadi Dirjen Otda yang lainnya akan lebih mudah.
Tentang penunjukan Pak Akmal Mali menggantikan anda?
Soni: Tentu penunjukan Pak Akmal sebagai Plt oleh Pak Tjahjo melalui sejumlah pertimbangan. Yang paling utama untuk menjabat Dirjen Otda membutuhkan kesinambungan dan kedua adalah dekatnya kebutuhan personel untuk mengisi posisi Dirjen Otda berdekatan dengan Pemilu 2019.
Karena kompleksitas jabatan Dirjen Otda maka akan sulit bagi orang baru, karena butuh belajar, berkesinambungan dengan pihak lain sehingga butuh waktu, sementara untuk menghadapi dinamika jelang Pemilu 2019 butuh sosok yang berpengalaman, atas pertimbangan itu maka ditunjuk Sekretaris yaitu Pak Akmal Mali sebagai Plt.
Kenapa tidak langsung tunjuk baru?
Soni: Tidak bisa karena jabatan dirjen berlangsung lima tahunan. Lalu untuk menunjuk orang baru harus dilalui dengan mekanisme seleksi yang bisa menghabiskan waktu tiga bulan.
Baca: Ini Pujian Ahok kepada Soni Sumarsono
Sementara untuk menunjuk pejabat Eselon I lainnya membutuhkan Keppres (Keputusan Presiden) yang peresmiannya bisa menghabiskan waktu 1-2 bulan. Karena kebutuhan yang mendesak jelang Pemilu 2019 maka cukup dengan menunjuk Plt.
Pesan untuk Pak Akmal Mali?
Soni: Pesan yang utama untuk Pak Akmal dalam melaksanakan pekerjaannya yang paling penting adalah tetap berpegang pada Resntra (Rencana Strategis) Dirjen Otda sebagai bagian dari Resntra Kemendagri.
Kemudian pegang dinamika penyelenggaraan otonomi daerah digabungkan dengan berbagai event seperti Pilkada, Pileg, Pilpres, dan lain-lain. Perhatikan dinamika yang sangat berkembang itu karena dinamika antara hari ini dan tiga tahun lalu tak akan sama.