Dia janji bangun Masjid Betawi di Jakarta Barat, sudah terbangun juga. Setu Babakan, yang sudah lama mangkrak pembangunannya, sekarang bisa rapi.
Saya pikir setelah jadi presiden dia lupa. Ternyata enggak. Pas Konfrensi Asia Afrika, menerima tamu kenegaraan dia pakai baju Betawi. Satu lagi, saat Lebaran Betawi, kita tidak kasih dia untuk bicara, tapi tetap datang dan dia satu-satunya presiden yang datang di acara Lebaran Betawi.
Ya akhirnya yang pasti aja dah. Bagaimanapun, kite juga mau ada pemimpin yang peduli sama budaya Betawi dan Pak Jokowi orangnye.
Termasuk uang kertas baru?
Iya itu juga. Kita minta satu, dikasih dua. Uang kertas Rp 2000,- dan RP 100.000,-. Uang kertas yang nilainya paling tinggi ada tari topeng Betawi, yang Rp 2000 tokoh Betawi, Muhammad Husni Thamrin.
Tapi, ini bukan bertentangan dengan Pilkada 2017 kemarin?
Politik ini kan dinamis, tidak statis. Ada pepatah Arab bilang, jadilah kamu orang yang dinamis, fleksibel, lentur, mengikuti perubahan dan jangan kamu jadi orang yang statis karena hidup ini berubah. Maka, kita ikuti perubahan.
Baca: Ketua Umum FBR: Pak Jokowi Sangat Peduli terhadap Masyarakat Betawi
Kalau kemaren memang kita yang mengawali, menyikapi Ahok, maka sekarang momennya bukan pilkada, tapi pilpres. Jangan kemudian, pilkada auranya dibawa-bawa sampai sekarang. Ahok sudah dipenjara, sudah menjalankan hukuman, maka tidak ada alasan lagi untuk menyebarkan api dendam.
Anda sempat mengatakan kekecewaan dengan Gubernur Anies tentang Perda nomor 4 Tahun 2015. Apa ini juga masuk jadi salah satu faktor?
Jujur aje, salah satu faktor kita dukung Pak Jokowi, ya kite kecewa ama pilkada kemaren. Ya salah satunya itu. Harusnya sudah selesai disempurnakan soal Perda nomor 4 Tahun 2015. Sampai sekarang, enggak ada tuh yang begitu.
Bentuk konkret dukungan?
Kita tetap fokus program jaga kampung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita tidak ingin ada penyebaran hoaks dan lain-lain. Kalaupun kita diminta untuk jadi saksi, kita akan sukarela untuk menjalankan itu.
Kalau nanti ada permasalahan atau menjelek-jelekkan FBR di dunia maya karena sangat berbeda dengan Pilkada bagaimana?
Sekarang ini pilihan hanya dua dan kita harus menentukkan untuk mendukung yang sebelah mana. Saya sudah bilang dengan teman-teman, kalau pilihan itu ada konsekuensinya. Jadi, kalau kata orang Betawi, "Dikatain mah kagak nempel". Jadi, tidak masalah.
Apakah akan ada sanksi terhadap anggota FBR jika tidak memilih pasangan yang didukung?
Tidak ada. Kami tetap persilakan mereka/ Ini kan keputusan organisasi. Saya juga tidak bisa melarang mereka.
Ada pembicaraan dengan partai pendukung sebelumnya?
Tidak. Tidak ada. Ini murni FBR. Kalau ada anggota yang menjadi caleg dari partai pendukung, kita akan dukung juga sebagai salah satu representasi dari FBR.
Tanggapan Kiai Maruf Amin seperti apa?
Alhamdulillah tanggapan positif. Kita sebagai penduduk DKI Jakarta dapat menentukan pilihan secara objektif dan memang didasari pada bukti konkret.