Biaya pembelian bahan peledak itu didapat dari Y alias Khodijah.
Dedi mengatakan Y rela meninggalkan suami sah dan anaknya demi mewujudkan niatnya melakukan amaliyah.
Ia menggadaikan rumah dan tanah miliknya demi membeli mobil berjenis kijang yang akan digunakan sebagai bom mobil.
"Dia juga sudah menggadaikan rumah dan tanahnya. Sudah dapat DP Rp 5 juta, ketemu P di Lampung, dikasih ke P Rp 3 juta dikirim ke sana (Sibolga, - red) untuk beli alat-alat dan bahan peledak. Begitu P ketangkep, lari dia (Y) kembali ke Klaten," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2019).
"Dari hasil penjualan rumah dan tanah nantinya akan dibeli mobil Kijang. Mobil itu yang akan digunakan bom mobil," tambah Dedi.
5. Warga tidak curiga
Ketika ditangkap Densus 88, Kamis (14/3/2019) Y saat itu sedang pulang kampung.
Y selama ini bekerja di Jakarta, kepulangan YS ke kampung halamannya Desa Wetan, Joton, Klaten rencana ingin mengajak keponakannya ke Jakarta.
Tapi, belum sempat kembali ke Jakarta Y ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
"Selama ini di Jakarta, pulang ke rumahnya Joton baru 10 hari," katanya dikutip dari kompas.com.
Kadus 1 Desa Joton Wakijo mengatakan, Y sudah lama pindah penduduk di Kebayoran, Jakarta bersama keluarganya.
"Y pulang ke sini di tempat orangtuanya. Karena sudah lama tinggal di Kebayoran, kemarin hanya pulang sendiri," ungkapnya.
Selama 10 hari pulang kampung katanya tidak ada perilaku yang mencurigakan dan aneh pada diri Y.
Y masih seperti biasa selalu senyum sapa kepada tetangga.
"Warga kaget setelah Y ditangkap Densus, kok bisa begitu, selama ini dia tidak mencurigakan dan perilakunya biasa saja," terangnya.
6. Rangkaian penangkapan
Penangkapan sejumlah terduga teroris di wilayah Sumatera Utara bermula dari tertangkapnya seorang terduga teroris di Lampung atas nama Rinto Sugianto, Sabtu (9/3/2019).
Dari penangkapan Rinto, kepolisian menyita bom di kediamannya.
Berdasarkan keterangan Rinto, dirinya memiliki teman di Sibolga.
Akhirnya tim Densus 88 Antiteror Polri pun bergerak ke Sumatera Utara tepatnya ke Kecamatan Sibolga Sambas untuk melakukan penangkapan terhadap teman Rinto.
Kepolisian pun bergerak cepat dengan menangkap Husain alias Abu Hamzah.
Setelah menangkap Abu Hamzah, kepolisian kembali menangkap dua temannya masih di daerah Sibolga.
Dua terduga teroris yang ditangkap masing-masing pria berinisial AK alias Ameng dan P alias Ogel.
Setelah menangkap tiga terduga teroris di Sibolga, kepolisian bergerak ke kediaman Abu Hamzah di Jalan Cenderawasih, Gang Serumpun, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Tanpa diduga, di kediaman Abu Hamzah ada istrinya yang bernama Abu Halimah dan berupaya melakukan perlawanan terhadap aparat kepolisian dengan melemparkan bom sehingga satu aparat terluka.
Setelah terjadi ledakan bom di kediamannya, Abu Halimah bersama seorang anaknya memilih bertahan di rumahnya.
Setelah dilakukan negosiasi hampir 10 jam, akhirnya Abu Halimah memilih meledakan diri di kamarnya dan akhirnya meninggal dunia bersama anaknya, Rabu (13/3/2019).
Dari Sibolga, kepolisian bergerak ke Tanjung Balai, Asahan dan menangkap dua terduga teroris, satu pria satu wanita.
Dua terduga teroris yang ditangkap di Tanjung Bali masing-masing berinisial A dan R.
Setelah itu, kepolisian menangkap seorang perempuan berinisial Y alias Khodijah, Kamis (14/3/2019) di Klaten.
Kemudian kepolisian pun menangkap R atau Abu Ricky, di Riau, Kabupaten Rokan Hilir.
Selain itu, ada juga dua orang berinisial P dan SH yang diamankan di Lampung.
Terakhir, kepolisian menangkap terduga teroris berinisial M alias Abu Arkam di Berau, Kalimantan Timur, Selasa (19/3/2019).
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan yang bersangkutan ditangkap karena terdeteksi lewat komunikasi di jejaring media sosial.
"Yang bersangkutan terdeteksi dari jejaring komunikasi. Yang bersangkutan merencanakan amaliyah atau aksi (terorisme) dengan sasaran aparat keamanan," ujar Brigjen Pol Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
"Dari pembicaraan melalui facebook, dan beberapa akun media sosial. Itu jejak digital yang didalami Densus, sehingga Densus berhasil menemukan yang bersangkutan," lanjut dia.
Ia menjelaskan jika Abu Arkam kerap menjalin komunikasi dengan beberapa terduga teroris yang ditangkap sebelumnya.
Ia juga semakin termotivasi untuk melakukan amaliyah setelah sejumlah rekan-rekannya di Sibolga, Sumatera Utara tertangkap.
Namun, sebelum melakukan aksinya, Densus 88 lebih dulu meringkusnya.
"Selain aparat keamanan, yang bersangkutan juga memiliki motivasi memburu siapa saja yang menjelekkan ISIS," jelasnya.
Adapun dengan ditangkapnya Abu Arkam, maka kepolisian telah berhasil mengamankan delapan terduga teroris yang terkait jaringan Sibolga, Sumatera Utara.
Namun, dua terduga teroris lainnya yang ditangkap di Kalimantan Barat dan Riau tidak diketahui keterkaitannya dengan kelompok tersebut.
"Penangkapan pertama tanggal 9 Maret dan penangkapan terakhir 19 Maret. Dalam 10 hari ditangkap satu jaringan 8 orang, di luar jaringan JAD 2 orang," katanya. (tribunnews.com/ kompas.com/ Vincentius Jyestha)