TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok teroris jaringan Sibolga Sumatera Utara menjadi perhatian publik setelah satu wanita terduga teroris jaringan tersebut memilih meledakan diri di rumahnya ketimbang menyerahkan diri kepada polisi.
Ada tiga wanita dalam kelompok terduga teroris tersebut yang mencuat kepada publik setelah kepolisian melalui Densus 88 melakukan serangkaian penangkapan di wilayah Sumatera, Jawa, dan kalimantan sepanjang Maret 2019.
Pertama, Abu Halimah istri dari Abu Hamzah. Perempuan ini meninggal dunia stelah meledakan diri bersama anaknya di kediamannya di Sibolga, Sumatera Utra.
Kedua, peremuan muda berusia 22 tahun berinisial R.
R diketahui calon istri dari Abu Hamzah yang direkrut untuk melakukan aksi Amaliyah dan menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri.
R dibekuk di kawasan Sirantau, Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara.
R diketahui istri dari Hendri, teroris yang ditembak mati oleh Densus 88 Mabes Polri pada Oktober 2018 silam.
Ketiga,Y alias Khodijah yang punya peran krusial dalam jaringan tersebut.
Baca: Ini Alasan Terduga Teroris Wanita Asal Klaten Tinggalkan Suami dan Anaknya
Y diamankan di Klaten karena berperan menyuruh tertuga teroris SH mengunggah video yang berunsur ancaman pada anggota Polri yang sedang bertugas.
Dari ketiga perempuan tersebut, saat ini hanya R yang masih hidup.
Baca: Fifi Lety Didesak BTP Tak Pakai Namanya Lagi untuk Usaha Keluarga, Harry: Namanya Ahok cuma 1 Orang?
Y diduga bunuh diri setelah diamankan polisi di Klaten.
Seluk beluk Y dalam jaringan terduga teroris tersebut cukup sentral. Ia selain menjadi penyandang dana juga menjadi perencana aksi teror.
Baca: Terduga Teroris Wanita Asal Klaten Meninggal, Diduga Bunuh Diri
Berikut sejumlah fakta yang berhasil dikumpulkan tribunnews.com mengenai perempuan terduga teroris berinisial Y alias Khodijah.
1. Meninggal usai ditangkap
Y alias Khodijah ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di Klaten, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2019) berdesarkan pengembangan dari penangkapan terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara, Husain alias Abu Hamzah.
Kemudian, ia dibawa ke Jakarta dan menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya sejak Minggu (17/3/2019) malam.
Senin (18/3/2019) pagi, Y ditemukan dalam kondisi lemas di ruang istirahat pemeriksaan Rutan Mapolda Metro Jaya.
Y pun langsung dilarikan ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur sekira pukul 07.00 WIB.
Setelah mendapat perawatan Y, sekira pukul 13.00 WIB ia menghembuskan nafas terakhir.
Baca: Terduga Teroris Ditangkap di Klaten, Diduga Terkait Jaringan Abu Hamzah Sibolga
Diduga ia bunuh diri dengan mengonsumsi zat kimia di kamar mandi.
Meninggat saat menjalani pemeriksaan, Y sempat meminta izin ke toilet.
"Dia kan diperiksa di pemeriksaan ruang tahanan Polda Metro, kejadian malam. Dan antara ruang pemeriksaan dengan kamar mandi itu berjauhan. Kemudian paginya ditemukan yang bersangkutan dalam keadaan sakit," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
2. Asam klorida di lambung
Dugaan Y bunuh diri diperkuat dengan temuan dokter forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Dokter Spesialis Forensik RS Polri, Asri, mengatakan penyebab kematian Y diduga karena adanya zat asam klorida yang berlebihan di lambungnya.
"Penyebab matinya korban adalah cairan lambung sudah kita periksakan ke laboratorium forensik, mengandung asam klorida atau HCL 8,5 persen, itu termasuk ke dalam asam yang kuat," ujar Asri, di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
Ia menjelaskan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Senin (18/3/2019) terhadap organ dalam Y ternyata mengalami korosif.
Baca: Diduga Terkait Teroris Sibolga, Seorang Perempuan Ditangkap Densus 88 Saat Pulang Kampung ke Klaten
Menurutnya, jumlah kandungan zat asam klorida yang terdapat di tubuh Y tidak wajar berada dalam tubuh manusia.
Sehingga diperkirakan zat tersebut dimasukkan dari luar tubuh.
"Korosif akibat terkena bahan kimia keras. Karena adanya di saluran pencernaan sehingga bahan kimia itu melalui saluran cerna, kami tidak tahu itu dimakan atau diminum, tapi zat asam klorida dengan kandungan sebesar itu tidak alami dalam tubuh manusia," kata dia.
Lebih lanjut, zat asam klorida tersebut menyebabkan lambung yang bersangkutan rusak hingga mengalami pendarahan hebat.
Bahkan, Asri mengatakan warna darah Y berubah dari warna merah menjadi hitam akibat kandungan zat asam klorida tersebut.
"Itu yang menyebabkan organ lambung jenazah mengalami pendarahan hebat sehingga meninggal dunia. Kami temukan lambung jenazah robek, jadi bolong. Dan berisi darah berwarna hitam," tutur Asri.
3. Rela gadaikan rumah dan tinggalkan keluarga
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan bagaiman militansi Y tergabung dalam kelompok teroris.
Y rela meninggalkan keluarga intinya dan menjual harta bendanya untuk melakukan aksi amaliyah.
Berdasarkan keterangan pemeriksaan, Y berniat membuat bom mobil bersama terduga teroris Sibolga Abu Hamzah.
Mereka berniat menyasar kantor kepolisian di Sibolga dan aparat kepolisian lain yang sedang bertugas.
Namun, mereka tertangkap sebelum melancarkan aksi amaliyahnya.
"Yang bersangkutan rela meninggalkan suami dan anaknya, bahkan rela gadaikan rumah dan tanahnya. Mereka berencana membuat bom mobil dengan menggadaikan rumah dan tanahnya sudah dapat Rp 5 juta," kata Dedi di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
4. Biayai pembelian bahan peledak
300 kilogram bahan peledak berhasil diamankan Densus 88 Antiteror dari jaringan terduga teroris Abu Hamzah yang ditangkap di Sibolga, Sumatera Utara.
Biaya pembelian bahan peledak itu didapat dari Y alias Khodijah.
Dedi mengatakan Y rela meninggalkan suami sah dan anaknya demi mewujudkan niatnya melakukan amaliyah.
Ia menggadaikan rumah dan tanah miliknya demi membeli mobil berjenis kijang yang akan digunakan sebagai bom mobil.
"Dia juga sudah menggadaikan rumah dan tanahnya. Sudah dapat DP Rp 5 juta, ketemu P di Lampung, dikasih ke P Rp 3 juta dikirim ke sana (Sibolga, - red) untuk beli alat-alat dan bahan peledak. Begitu P ketangkep, lari dia (Y) kembali ke Klaten," kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2019).
"Dari hasil penjualan rumah dan tanah nantinya akan dibeli mobil Kijang. Mobil itu yang akan digunakan bom mobil," tambah Dedi.
5. Warga tidak curiga
Ketika ditangkap Densus 88, Kamis (14/3/2019) Y saat itu sedang pulang kampung.
Y selama ini bekerja di Jakarta, kepulangan YS ke kampung halamannya Desa Wetan, Joton, Klaten rencana ingin mengajak keponakannya ke Jakarta.
Tapi, belum sempat kembali ke Jakarta Y ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
"Selama ini di Jakarta, pulang ke rumahnya Joton baru 10 hari," katanya dikutip dari kompas.com.
Kadus 1 Desa Joton Wakijo mengatakan, Y sudah lama pindah penduduk di Kebayoran, Jakarta bersama keluarganya.
"Y pulang ke sini di tempat orangtuanya. Karena sudah lama tinggal di Kebayoran, kemarin hanya pulang sendiri," ungkapnya.
Selama 10 hari pulang kampung katanya tidak ada perilaku yang mencurigakan dan aneh pada diri Y.
Y masih seperti biasa selalu senyum sapa kepada tetangga.
"Warga kaget setelah Y ditangkap Densus, kok bisa begitu, selama ini dia tidak mencurigakan dan perilakunya biasa saja," terangnya.
6. Rangkaian penangkapan
Penangkapan sejumlah terduga teroris di wilayah Sumatera Utara bermula dari tertangkapnya seorang terduga teroris di Lampung atas nama Rinto Sugianto, Sabtu (9/3/2019).
Dari penangkapan Rinto, kepolisian menyita bom di kediamannya.
Berdasarkan keterangan Rinto, dirinya memiliki teman di Sibolga.
Akhirnya tim Densus 88 Antiteror Polri pun bergerak ke Sumatera Utara tepatnya ke Kecamatan Sibolga Sambas untuk melakukan penangkapan terhadap teman Rinto.
Kepolisian pun bergerak cepat dengan menangkap Husain alias Abu Hamzah.
Setelah menangkap Abu Hamzah, kepolisian kembali menangkap dua temannya masih di daerah Sibolga.
Dua terduga teroris yang ditangkap masing-masing pria berinisial AK alias Ameng dan P alias Ogel.
Setelah menangkap tiga terduga teroris di Sibolga, kepolisian bergerak ke kediaman Abu Hamzah di Jalan Cenderawasih, Gang Serumpun, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Sumatera Utara.
Tanpa diduga, di kediaman Abu Hamzah ada istrinya yang bernama Abu Halimah dan berupaya melakukan perlawanan terhadap aparat kepolisian dengan melemparkan bom sehingga satu aparat terluka.
Setelah terjadi ledakan bom di kediamannya, Abu Halimah bersama seorang anaknya memilih bertahan di rumahnya.
Setelah dilakukan negosiasi hampir 10 jam, akhirnya Abu Halimah memilih meledakan diri di kamarnya dan akhirnya meninggal dunia bersama anaknya, Rabu (13/3/2019).
Dari Sibolga, kepolisian bergerak ke Tanjung Balai, Asahan dan menangkap dua terduga teroris, satu pria satu wanita.
Dua terduga teroris yang ditangkap di Tanjung Bali masing-masing berinisial A dan R.
Setelah itu, kepolisian menangkap seorang perempuan berinisial Y alias Khodijah, Kamis (14/3/2019) di Klaten.
Kemudian kepolisian pun menangkap R atau Abu Ricky, di Riau, Kabupaten Rokan Hilir.
Selain itu, ada juga dua orang berinisial P dan SH yang diamankan di Lampung.
Terakhir, kepolisian menangkap terduga teroris berinisial M alias Abu Arkam di Berau, Kalimantan Timur, Selasa (19/3/2019).
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan yang bersangkutan ditangkap karena terdeteksi lewat komunikasi di jejaring media sosial.
"Yang bersangkutan terdeteksi dari jejaring komunikasi. Yang bersangkutan merencanakan amaliyah atau aksi (terorisme) dengan sasaran aparat keamanan," ujar Brigjen Pol Dedi Prasetyo, di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).
"Dari pembicaraan melalui facebook, dan beberapa akun media sosial. Itu jejak digital yang didalami Densus, sehingga Densus berhasil menemukan yang bersangkutan," lanjut dia.
Ia menjelaskan jika Abu Arkam kerap menjalin komunikasi dengan beberapa terduga teroris yang ditangkap sebelumnya.
Ia juga semakin termotivasi untuk melakukan amaliyah setelah sejumlah rekan-rekannya di Sibolga, Sumatera Utara tertangkap.
Namun, sebelum melakukan aksinya, Densus 88 lebih dulu meringkusnya.
"Selain aparat keamanan, yang bersangkutan juga memiliki motivasi memburu siapa saja yang menjelekkan ISIS," jelasnya.
Adapun dengan ditangkapnya Abu Arkam, maka kepolisian telah berhasil mengamankan delapan terduga teroris yang terkait jaringan Sibolga, Sumatera Utara.
Namun, dua terduga teroris lainnya yang ditangkap di Kalimantan Barat dan Riau tidak diketahui keterkaitannya dengan kelompok tersebut.
"Penangkapan pertama tanggal 9 Maret dan penangkapan terakhir 19 Maret. Dalam 10 hari ditangkap satu jaringan 8 orang, di luar jaringan JAD 2 orang," katanya. (tribunnews.com/ kompas.com/ Vincentius Jyestha)