Selain itu, lanjut analis politik yang juga sebagai peneliti di Indo Survey & Strategy (ISS) ini, ada upaya sistematis dari pihak tertentu yang sengaja menciptakan situasi keruh dengan melalukan berbagai intimidasi dan teror untuk menciptakan ketakutan masyarakat.
Seperti kasus pembakaran mobil dan sepeda motor sebagaimana yang terjadi di Solo, Temanggung, Semarang dan di sejumlah daerah.
Di sisi lain, berbagai berita palsu (hoaks) dengan konten SARA dan isu-isu berbau politik lainnya diproduksi dan dihamburkan ke ruang publik.
"Berbagai fenomena tersebut harus dilawan dengan tegas oleh GMNI bersama-sama dengan masyarakat dan berbagai kekuatan pro demokrasi lainnya. Ini adalah cara politik kotor yang merusak peradaban demokrasi," tegas Karyono Wibowo.
Sementara itu, pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengingatkan sejumlah ancaman yang menganggu stabilitas keamanan nasional antara lain separatisme, radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, masuknya ideologi asing yang didorong oleh kelompok organisasi trans nasional ini perlu disikapi serius karena terbukti mengarah kepada aksi teror yang menimbulkan korban jiwa.
"GMNI sebagai organisasi mahasiswa yang mewarisi ruh nasionalisme dari para pendiri bangsa tetap berada di garda terdepan untuk menjaga eksistensi negara dari ancaman. GMNI harus tetap fokus pada cita-cita luhur para pendiri bangsa untuk mempertahankan Pancasila, NKRI, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika," kata Stanislaus Riyanta.
"GMNI sebagai salah satu representasi generasi muda yang cerdas dan nasionalis diharapkan dapat berperan lebih maksimal dan melakukan langkah strategis untuk memajukan bangsa ini sesuai dengan cita-cita Proklamasi," ujar Stanislaus Riyanta.
Latihan Soal & Jawaban PKN Kelas 1 SD Bab 2 Semester 1 Kurikulum Merdeka, Aku Anak yang Patuh Aturan
40 Soal Sumatif Bahasa Indonesia Kelas 4 UTS Semester 1 Kurikulum Merdeka 2023 Lengkap Kunci Jawaban
Di kesempatan yang sama, Sekjen Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI), Cahyo Gani Saputro mengatakan untuk menangkal hoaks dan ujaran kebencian yang semakin marak diperlukan gerakan akal sehat (common sense) yang dilakukan secara kolektif untuk membangun kesadaran masyarakat.
"Melawan ujaran kebencian dan hoaks harus dilakukan secara kolektif melalui pendekatan persuasif, edukatif dan supremasi hukum," kata Cahyo Gani Saputro.
Adapun, acara Seminar Kebangsaan ini digelar dalam rangka Dies Natalis GMNI Ke 65 dan Pelantikan Pengurus DPC GMNI Surakarta.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan organisasi Cipayung, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), perwakilan Badan Ekskutif Mahasiswa, alumni GMNI dan alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI).