Namun di Indonesia, lebih dari setengah perusahaan justru bersedia mempekerjakan usia tua.
Survei itu juga mengangkat tentang kesadaran masyarakat akan kesehatan jantung.
Terungkap, sebanyak 57% responden di Indonesia mengatakan mereka mengetahui besaran BMI (Body Mass Index) mereka.
Angka itu di atas rata-rata global yang hanya 51%.
Sementara itu, 84% responden mengaku tahu tekanan darah mereka.
Angka itu di atas rata-rata global yang hanya 66%.
Hal ini menunjukkan, masyarakat Indonesia cukup memahami pentingnya mengetahui faktor-faktor yang mengindikasikan kondisi kesehatan mereka.
Meski demikian, mayoritas orang Indonesia pernah mengalami setidaknya dua indikasi penyakit jantung yaitu sakit di dada dan sesak nafas.
Yang lebih mengkhawatirkan, lebih dari dua indikasi penyakit jantung itu mereka rasakan selama enam bulan terakhir.
Angka itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata global yang hanya 1,5 indikasi.
Nefo Luhur Dradjati memaparkan, survei tersebut juga mengungkap tentang tingkat stres pada perempuan di Indonesia.
Meskipun tingkat stres di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain yang disurvei (77% dibandingkan 84%), di Indonesia, perempuan bekerja merasa lebih stres dibandingkan pria bekerja yaitu 84% di Indonesia dibandingkan 76% secara global.
Biasanya, perempuan stres karena tekanan pekerjaan, memikirkan kondisi keuangan keluarga, dan keuangan pribadi.
Hanya 1 dari 3 perempuan yang merasa percaya diri akan kondisi keuangan mereka.
“Meskipun pria masih dianggap sebagai pencari nafkah utama, perempuan pekerja merasa mereka tetap harus berkontribusi terhadap keuangan keluarga,” kata dia.
Sama seperti responden global, mayoritas perempuan di Indonesia merasa bahwa program kesejahteraan karyawan di kantor diadakan hanya untuk memberikan manfaat secara umum, tidak dikhususkan kepada kebutuhan perempuan pekerja.
Karena itu, responden perempuan berharap agar kantor mereka dapat mengadakan program kesejahteraan yang dikhususkan kepada perempuan.