Di sesi ini baik Raditya Beer dan Sheila Timothy sepakat bahwa suatu brand harus tahu apa yang diiinginkan dari para audiens.
“Karena sebagai brand, kita harus tahu kesukaan dari para audiens. Apalagi setiap user mempunyai multiple interest yang berbeda-beda. Jadi kita harus tahu apa yang mereka butuhkan,” jelas Raditya Beer.
Sedangkan Lala, sapaan akrab Sheila, menjelaskan, “Kita harus peka, kita harus pasang telinga untuk mendengarkan apa yang audience itu benar-benar inginkan.” Dan keduanya juga sepakat bahwa dalam membuat web series ataupun film, harus mempunyai bagian yang autentik dan berbeda.
Hal ini bertujuan untuk mencegah kebosanan dari audiens jika film yang dibawakan mempunyai alur cerita yang sudah umum.
Sesi “Value of Perceived Value” oleh pembicara Budi Sulistyo (Kepala Sub Bagian Strategi Komunikasi Biro KLI Kementerian Keuangan) dan Fikri Irvandi (Content Marketing Specialist Brodo) menjelaskan betapa pentingnya owned media channel dari sebuah brand ataupun institusi pemerintahan.
Budi menjelaskan, dengan semakin banyaknya generasi millennial yang sangat paham teknologi, maka Kemenkeu pun bertransformasi menjadi institusi yang bisa mengikuti perkembangan zaman.
“Kita sekarang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengomunikasikan kebijakan, salah satunya,” ucap Budi.
Sedangkan Fikri menjelaskan, bahwa di Brodo kerap mendengarkan feedback atau comment dari customer, non customer, atau yang pernah membeli produk Brodo namun tidak pernah membeli lagi, melalui owned media channel yang dimilikinya. Dengan mengetahui reaksi dari pelanggan, “Feedback- nya ke kita menjadi besar banget,” ucap Fikri.
Dan pada sesi terakhir ICMF 2019 “How to Genuinely Nurturing Community to Create Engaging Content” yang diceritakan oleh Harimula Muharam (Head of Marketing Division Eiger) memberikan insight menarik bagi para marketer.
“Jadi integrated marketing communication yang kami lakukan adalah selalu berusaha untuk melibatkan komunitas,” tutur Lula, sapaan akrab Harimula. “Karena dengan semakin dekatnya kita dengan audiens, maka selain kita tahu needs dan wants dari mereka, kita juga bisa tahu apa desire dari mereka,” tambah Lula. Dan dari hasil obrolan dengan komunitas terbaru, bisa tercipta bentuk bisnis baru.
Brand Terbaik dari Seleksi yang Panjang
Pada perhelatan berikutnya, yaitu ICMA 2019, puluhan brand menerima penghargaan atas prestasi, inovasi, dan kreativitas yang diterapkan dalam menerapkan strategi content marketing sepanjang tahun 2018.
Ada tiga kelompok penghargaan besar yang diperebutkan dalam ajang kali ini, yaitu kelompok “Owned Media”, “Influencer Marketing” dan “In-house Magazine”.
Brand yang berhasil memenangkan penghargaan telah melalui penilaian ketat dari para juri ICMA 2019 terdiri dari Andi Sadha (Chairman APMF), Dennis Adhiswara (CEO Layaria Network), Abang Edwin (Founder Bangwin Consulting), Wicaksono (Former Chief Editor Beritagar.id), Dian Gemiano (CMO KG Media), Indira Dhian.S (Editor in Chief NOVA), Eddy Suhardy (Senior Journalist), Vaksiandra Nuryadi (Lead & Strategy Specialist Grid Story Factory) dan Yuliandi Kusuma yang bertindak sebagai Head Judge sekaligus Chairman of ICMA.