TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proses Pemilu Serentak 2019 dengan lima jenis pemilihan menguras tenaga dan pikiran, baik penyelenggara maupun petugas pengamanan proses pesta demokrasi lima tahunan itu.
Data sementara, sebanyak sepuluh anggota Polri meninggal karena kelelahan, sakit dan kecelakaan saat tugas pengamanan TPS dan distribusi logistik.
"Terakhir di data kami ada sembilan orang yang meninggal, kemudian ditambah 1 lagi meninggal hari ini yaitu Bapak Brigjen Syaiful Zachri," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo dalam keterangannya, Jumat (19/4/2019).
Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, para anggota Polri itu meninggal saat menuju ke tempat pemungutan suara (TPS) hingga karena kelelahan mengawal kotak suara.
Seperti terjadi pada anggota Bhabinkamtibmas Cilengkrang, Polsek Cileunyi, Jawa Barat, yang gugur karena kelelahan setelah mengawal kotak suara.
Selain itu, ada juga seorang anggota Polri dengan pangkat jenderal bintang satu, Brigjen (Pol) Syaiful Zachri yang meninggal di Labuan Bajo, NTT.
Baca: Jejak Brigjen Pol Syaiful Zachri, Mantan Kapolda Babel yang Meninggal saat Memantau Pemilu di NTT
Brigjen (Pol) Syaiful Zahri yang menjabat sebagai Direktur Binpotmas Korbinmas Baharkam Polri meninggal akibat serangan jantung saat menjalankan tugasnya sebagai ketua tim asistensi Operasi Mantap Brata untuk wilayah NTT.
Mantan Kapolda Bangka Belitung itu sempat dilarikan ke Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo. Namun, nyawanya tidak tertolong.
Pada Jumat sore, jenazah almarhun diterbangkan ke Jakarta melalui Bandara Komodo Labuan Bajo.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menyampaikan ucapan duka cita atas gugurnya sepuluh anggota Polri saat melaksanakan tugas negara ini.
"Di tengah suksesnya Pemilu Serentak 2019 sebagai salah satu Pemilu langsung terbesar dalam sejarah Indonesia, menyisipkan duka bagi para Bhayangkara Negara," ujar Tjahjo Kumolo.
Informasi yang diperolehnya, sepuluh anggota anggota Polri meninggal karena sakit, kelelahan, hingga ada yang mengalami kecelakaan saat menuju lokasi TPS.
"Pengabdian dari para anggota Polri yang meninggal dunia dalam tugas suksesnya Pemilu Serentak 2019 sangat luar biasa bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Saudara-saudara adalah Putera-putera terbaik bangsa," terang Tjahjo Kumolo.
Berikut daftar 10 anggota Polri yang meninggal dunia saat tugas Pemilu 2019:
1. Aiptu M Saepudin, Bhabinkamtibmas Cilengkrang, Polsek Cileunyi. Gugur karena kelelahan setelah mengawal kotak suara.
Baca: Jokowi-Maruf Tetap Unggul di Real Count KPU, Berikut Data Sebaran Per Provinsi dari 3,7 Persen TPS
2. Aiptu M Supri, anggota Polresta Sidoarjo. Supri gugur saat melaksanakan pengamanan TPS 21 di Desa Bareng Krajan, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Jawa Timur.
3. AKP Suratno, Panit Subdit II Ekonomi Ditintelkam Polda Kaltim. Suratno gugur dikarenakan sakit.
4. Brigadir Prima Leion Nurman Sasono, anggota Polsek Cerme, Polres Bondowoso. Prima gugur dalam kecelakaan menuju TPS.
5. Bripka Ichwanul Muslimin, personel Polres Lombok Tengah, Polda NTB. Gugur karena kecelakaan menuju salah satu Polsek untuk apel kesiapan pengamanan TPS.
6. Aipda Stef Pekualu, anggota Polres Kupang, NTT. Gugur saat pengamanan Pemilu 2019.
7. Brigadir Arif Mustaqim, anggota Brimob Cikarang, Polda Metro Jaya. Gugur saat pengamanan Pemilu 2019.
8. Brigadir Slamet Dardiri, anggota Polsek Tosari, Polres Pasuruan. Gugur dalam kecelakaan saat pengamanan Pemilu 2019.
9. Aiptu Jonter Siringoringo, anggota Polres Dairi, gugur dalam tugas mengamankan TPS.
10. Brigjen (Pol) Syaiful Zahri, Direktur Binpotmas Korbinmas Baharkam Polri.
Pulang Ditandu Warga Pakai Sarung
Ada kisah pilu dialami seorang anggota Polri yang juga meninggal saat melaksanakan tugas mengamankan logistik dan TPS di daerah terpencil di Mamuju, Sulawesi Barat.
Beruntung nyawanya masih tertolong.
Bripka I Made Darsana, anggota Polres Mamuju, mendapatkan tugas pengamanan di TPS 16 Lingkungan Takaroang, Kelurahan Mamunyu, Kecamatan Mamuju.
Untuk menuju TPS tersebut, Made harus menempuh jarak 10 km dengan berjalan kaki bersama petugas pengamanan lainnya dan penyelenggara.
Saat melakukan pengamanan dia mengalami kelelahan karena mendaki daerah perbukitan.
Akibatnya, saat berada di TPS tersebut, Made Darsana merasakan sesak napas hingga pingsan.
Warga pun panik dan harus bahu-membahu mengevakuasinya menuju Kota Mamuju.
Warga harus kembali melalui jalur perbuktian sepanjang 10 Km agar bisa keluar dari wilayah tersebut.
Warga menandu Made dengan menggunakan empat sarung untuk memudahkan evakuasi.
Namun, proses evakuasi terbilang sulit karena harus naik turun bukit dan melewati semak belukar.
Made ditandu selama sekitar empat jam agar sampai di jalan poros Mamuju.
Made pun langsung dilarikan ke RS Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kapolda Sulbar, Brigjen Pol Baharudin Djafar ditemui di RS Bhayangkara Mamuju, Jumat sore, mengatakan Bripka I Made Darsana memang kelelahan akibat mengawal proses distribusi logistik di lokasi dengan medan sangat sulit.
Baharudin Djafar mengatakan, lokasi TPS 16 jaraknya sekitar 20 km dari Kota Mamuju, namun sekitar 10 km harus ditempuh berjalan kaki.
"Semoga sehat karena sudah menjalani perawatan," kata mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu.
Kapolda berjanji, akan memprioritaskan Made mengikuti pendidikan atau sekolah pasca pemilu ini sebagai bentuk penghargaan atas pengorbanan dalam mengawal kelancaran pemilu.
"Sekarang pangkatnya Bripka dan tahun depan kami akan prioritaskan untuk sekolah. Karena tahun depan akan pensiun," ujarnya.
Hingga Jumat malam, Made masih mendapat perawatan di RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Mamuju. Namun, kondisinya berangsur membaik.
Made Darsana sedikit berbagi cerita tentang apa yang dialaminya.
Ia mengungkapkan, dirinya bersama rombongan diguyur hujan deras saat menuju titik TPS di daerah terpencil.
"Kamis sampai di tempat, langsung jaga sampai pagi dan tidak pernah tidur. Makanya lelah pak," ujarnya. (tribun network/tribun timur/rina ayu/coz)