TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri mengindentifikasi pergerakan kelompok Anarko Sindikalisme yang mendompleng saat peringatan Hari Buruh atau Mayday di beberapa kota pada 1 Mei 2019 lalu.
Temuan sementara, ratusan orang berpakaian serba hitam dapat secara terkoordinasi dan masif turun ke jalan melakukan aksi vandalisme dengan komunikasi aplikasi percakapan grup WhatsApp (WA).
"Mereka ini (Anarko Sindikalisme) komunikasinya by WhatsApp group," ujar Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (3/5/2019).
Dedi Prasetyo menjelaskan, para anggota kelompok tersebut dikoordinasikan untuk berkumpul di beberapa titik dan mengenakan baju berwarna gelap.
Tak hanya itu, mereka juga diarahkan membawa barang-barang lainnya yang berhubungan dengan vandalisme.
Bahkan, mereka diserukan membawa minuman keras hingga pilox untuk melakukan vandalisme.
"Mereka diminta kumpul di titik satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Warna baju gelap dan menggunakan celana warna tertentu," kata jenderal bintang satu tersebut.
Baca: TERPOPULER - SBY Blak-blakan Soal Proses Pergantian Kapolri, Ada yang Coba Intervensi via SMS
Baca: Soal Skill Rene Mihelic, Begini Komentar Pelatih Anyar Persib Bandung, Robert Rene Alberts
"Ada juga membawa minuman keras, pilox, dan sebagainya untuk coret-menyoret dan membuat simbol di beberapa area publik," kata Dedi Prasetyo.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memerintah jajaran kepolisian di daerah untuk melakukan pemetaan, pembinaan serta menindak tegas terhadap kelompok yang melakukan vandalisme seperti dilakukan kelompok Anarko Sindikalisme pada saat peringatan Hari Buruh.
"Polri menghadapi situasi itu kita pasti tindak tegas, tapi saya sudah perintahkan melakukan pemetaan kelompoknya dan melakukan pembinaan kepada mereka," ujar Tito Karnavian.
Tito Karnavian menjelaskan, kemunculan kelompok bernama Anarko Sindikalisme merupakan fenomena baru di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Tito menjelaskan kelompok ini termasuk dalam fenomena internasional dan mendoktrin anggotanya dengan pemahaman bahwa para pekerja atau buruh tidak boleh diatur.
"Jadi, pekerja lepas dari aturan," ujarnya.
Ia menceritakan kelompok dengan paham tersebut telah lama berkembang di Rusia, Eropa, Amerika Selatan, dan Asia.
Baca: Siapa Saja Politisi yang Dikabarkan Lolos Maupun Gagal Melenggang ke Senayan? Simak Daftarnya