News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

TRIBUNNEWSWIKI: Dr. Drs. H. Mohammad Hatta

Penulis: Adya Rosyada Yonas
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh Kebangkitan Nasional, Mohammad Hatta

TRIBUNNEWSWIKI - Dr. Drs. H. Mohammad Hatta

Nama: Dr. Drs. H. Mohammad Hatta

Nama kecil: Mohammad Athar

Panggilan: Bung Hatta

Lahir: Bukittinggi, 12 Agustus 1902

Wafat: Jakarta, 14 Maret 1980

Agama: Islam

Baca: Amien Rais Sebut Dalam Darah Prabowo Ada DNA Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Tomo - Ini Kata Gustika

Baca: Kampanye di Solo, Amien Rais: Dalam Darah Prabowo Ada DNA Bung Karno, Bung Hatta dan Bung Tomo

Alamat:

-  Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta: Jl. Soekarno Hatta No.37, Campago Ipuh, Mandiangin Koto Selayan, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat 26137 (dulu adalah rumah Bung Hatta)

- Makam: TPU Tanah Kusir, Jalan Raya Bintaro, RT.2/RW.10, Kby. Lama Sel., Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240

Riwayat pendidikan:

- ELS (Europeesche Lagere School), sekolah dasar untuk anak-anak Hindia/Eropa dan bangsawan

- 1913-1917: MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Padang, sekolah menengah pertama zaman kolonial Belanda

- 1921-1932: Handels Hoge School, Rotterdam, Belanda

Riwayat karier:

Saat masih duduk di bangku sekolah Hatta aktif sebagai anggota perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Karier Hatta di dunia politik semaking berkembang ketika Hatta melanjutkan studinya di Belanda. Hatta mendaftarkan dirinya sebagai anggota Indische Vereniging yang akhirnya berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Minatnya yang besar dalam bidang politik membuatnya mengambil jurusan hukum negara dan hukum administratif.

Pada 17 Januari 1926, Hatta terpilih menjadi ketua PI. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai 1930.

Pada awalnya PI adalah organisasi mahasiswa biasa kemudian berubah menjadi organisasi politik yang berpengaruh pada perkembangan politik di Indonesia.

Pada 1926, Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian di Bierville, Perancis. Tujuan Hatta menghadiri Kongres ini untuk memperkenalkan nama 'Indonesia' disamping menyebutnya dengan Hindia Belanda.

Setelah menyelesaikan masa studinya di Belanda, pada 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan sibuk menulis berbagai artikel ekonomi dan politik untuk Daulat Ra’jat. Selain itu Hatta juga aktif dalam dunia politik dan bersama Sjahrir mendirikan partai bernama Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Karena mendirikan partai inilah Hatta akhirnya diasingkan oleh kolonial.

Karena semangat perjuangannya memerdekakan Indonesia,pada 1934 Hatta dan teman-temannya dipenjara di Glodok. Setahun kemudian mereka diasingkan kembali di Boven Digul Papua, yang dikenal sebagai tempat pengasingan yang paling menyeramkan. Selama di pengasingan Hatta aktif menulis buku.

Pada 1936, Hatta dipindahkan ke Banda Neira dan dipindahkan lagi ke Sukabumi pada 1942.

Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan yang beranggotakan Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo, A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakir, Wahid Hasyim, H. Agus Salim, dan Abikusno Tjokrosujoso. Tugas dari Panitia Sembilan adalah mengolah usul dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia.

Di masa kolonial Jepang, Hatta memberanikan diri berdiskusi dengan Mayjen Harada agar membebaskan Indonesia dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Dalam negosiasinya Hatta menawarkan Indonesia akan mendukung Jepang untuk berperang dalam Perang Pasifik melawan sekutu.

Atas dasar inilah pada akhirnya dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat) untuk mempersiapkan rakyat dalam Perang Pasifik.

Pada 9 Agustus 1945,  Bung Hatta bersama Bung Karno dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat (Vietnam) untuk dilantik sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

PPKI bertugas untuk melanjutkan hasil dari BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan pemindahan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia.

Saat bom atom menghancurkan Kota Hiroshima dan Nagasaki pada 7 dan 9 Agustus 1945, banyak tentara Jepang yang kembali ke negaranya. Celah ini kemudian dimanfaatkan oleh Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Dilansir dari Tribun Timur pada Kamis (9/5/2019), Pada 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh para pemuda ke Rengasdengklok (dekat Karawang, Jawa Barat). Mereka berdua ditempatkan di sebuah rumah milik anggota PETA, Djiaw Kie Siong. Penculikan ini bertujuan untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan.

Laksamana Maeda, kepala penghubung Angkatan Laut Jepang meminjamkan rumahnya untuk anggota PPKI dan beberapa pemuda untuk merumuskan kemerdekaan. Laksamana Tadashi Maeda meminjamkan rumahnya karena bersimpati dengan perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia. Rumah Laksamana Maeda terletak di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta.

Baca: Kampanye Akbar di Gelora Bung Karno, Sandiaga Uno Kutip Sajak Proklamator Bung Hatta

Baca: POPULER - Prabowo Janji Kejar Koruptor Sampai Antartika, Cucu Bung Hatta Beri Sindiran Soal Mertua

Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo merumuskan naskah proklamasi. Proklamasi Kemerdekaan tersebut diumumkan oleh Soekarno pada keesokan harinya di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

Keesokan harinya, pada 18 Agustus 1945 Hatta diangkat menjadi wakil presiden pertama RI mendampingi Soekarno sebagai presiden RI. 

Pada 19 Desember 1948 Soekarno dan Hatta kembali ditangkap. Penangkapan ini terjadi karena Indonesia mengalami kekalahan dalam Perjanjian Linggarjati dan agresi militer 1-2.

Kemudian TNI melakukan serangan 1 Maret 1949 dan memaksa Belanda untuk mengadakan perjanjian ulang Roem-Royen. Belanda memberikan syarat agar penandatanganan perjanjian ini dihadiri oleh Hatta dalam Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan di Den Haag.

Dalam Konferensi Meja Bundar, Hatta mendapatkan perhatian dari negara-negara lain dan berhasil memenangkan NKRI kembali.

Pada 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil presiden RI karena berselisih dengan Soekarno.

Kegiatan sehari-hari Bung Hatta setelah pensiun adalah menambah dari penghasilan menulis buku dan mengajar.

Pada 1957 Hatta mendapatkan undangan dari Pemerintah RRC. Rakyat RRC masih menganggap Hatta sebagai 'a great son of his country'.

Pada 1963 Bung Hatta jatuh sakit dan mendapatkan perawatan di Stockholm, Swedia. Semua biaya perawatan dibiayai oleh negara.

Pada 31 Januari 1970 Hatta diangkat menjadi Penasehat Presiden oleh Komisi Empat dalam masalah pemberantasan Korupsi. Selain itu Hatta juga ditunjuk sebagai Penasehat Komisi Empat tersebut.

Namun karena adanya kontroversi, komisi tersebut dibubarkan oleh Presiden Soeharto dan hanya diizinkan untuk mengusut 2 kasus korupsi saja.

Kemudian Hatta diangkat oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Anggota Dewan Penasehat Presiden.

Pada 1975, Bung Hatta menjadi anggota Panitia Lima bersama Prof Mr. Soebardjo, Prof Mr. Sunario, A.A. Maramis, dan Prof Mr. Pringgodigdo yang pada akhirnya terpilih menjadi ketua umumnya. Panitia ini dibentuk dengan tujuan untuk memberi pengertian mengenai Pancasila sesuai dengan alam pikiran dan semangat lahir dan batin para penyusun UUD 1945 dengan Pancasilanya.

Pada 1978 bersama Jenderal Abdul Haris Nasution, Bung Hatta mendirikan Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi yang bertujuan mengkritik penggunaan Pancasila dan UUD 1945 untuk kepentingan rezim otoriter Suharto.

Hatta wafat di di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta pada 14 Maret 1980 pukul 18.56 setelah sebelas hari ia dirawat.

Penghargaan:

- Mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1956)

- Mendapat Bintang Republik Indonesia Kelas I dari Pemerintah Republik Indonesia (1972)

- Rumahnya dijadikan salah satu gedung bersejarah di Jakarta oleh pemprov DKI Jakarta (1972)

- Mendapat gelar doctor honouris causa sebagai tokoh proklamator dari Universitas Indonesia (1975)

- Ditetapkan sebagai pahlawan proklamator (1986)

- Ditetapkan sebagai pahlawanan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2012)

Baca: POPULER - Prabowo Janji Kejar Koruptor Sampai Antartika, Cucu Bung Hatta Beri Sindiran Soal Mertua

Baca: Cucu Bung Hatta Ikut Komentari Pernyataan Prabowo Soal Kejar Koruptor

Keluarga:

- Ayah: Muhammad Djamil 

- Ibu: Siti Saleha

- Istri: Rahmi Rachim

- Anak: Meutia Hatta, Halida Hatta, Des Alwi, Gemala Hatta

Sumber:

https://www.biografiku.com/biografi-mohammad-hatta/

https://www.romadecade.org/biografi-moh-hatta/#!

http://makassar.tribunnews.com/2019/02/02/tribunwiki-m-hatta-wapres-pertama-ri-ini-sejarah-dan-kehidupannya-jadi-nama-jalan-di-makassar?page=all

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Yonas)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini