TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum PB HMI Saddam Jihad mengkritisi suara-suara pemuda yang kini mulai tenggelam dalam partisipasi sosial dan budaya.
Dia juga menilai kaderisasi kebangsaan di level kampus kian luntur. Ruang publik maupun mimbar di kampus-kampus tidak lagi dimunculkan.
Alhasil para mahasiswa saat ini tidak punya lagi ruang publik untuk bicara.
Menurutnya kondisi tersebut sangat berbahaya terlebih kaum muda dewasa ini lebih tertarik pada gerakan hedonis.
"Harus ada ruang diskusi pendalaman ideologi kebangsaan di kampus. Saya akui banyak gerakan hedonis di kaum muda. Gerakan kaum milenial lebih pada teknologi tidak pada budaya kebangsaan. Anak muda harus dirangkul ke kultur kebangsaan," tutur Saddam Jihad, Sabtu (11/5/2019) dalam diskusi bertema Pemuda Mana Suaramu di Jl Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Lebih lanjut, Hasanudin Ali, CEO Alvara Research Institute juga menyatakan hal yang sama.
Dia menilai terjadi pergeseran orientasi aspirasi dari anak muda.
Baca: Kerusuhan di Rutan, Kasat Narkoba Polres Siak Terkena Tembakan
"Memang ada pergeseran orientasi aspirasi anak muda, dulu menyuarakan pembelaan kelompok tertintas. Hari ini semakin mudahnya informasi apapun yang dicari anak muda tersedia di internet. Justru ruang gerak anak muda sekarang bukan lagi soal politik kebangsaan tapi materialistik," imbuhnya.
Masih menurut Hasanudin Ali, prioritas anak muda masa kini, nomor satu ialah memiliki rumah dan mendapatkan gaji yang tinggi.
Dia juga merasa miris karena saat berkunjung ke beberapa kampus, jiwa idealisme para mahasiswa sudah berkurang serta menemui aktivis di kampus adalah barang langka.
"Sekarang mahasiwa dipaksa lulus 4 tahun. Jarang sekali saat ini yang lulus 7-6 tahun. Jadi pematangan karakter mahasiswa, pemuda di kampus itu kurang. Barang langka sekarang menemukan aktivis di kampus," tegas Hasanudin Ali.