TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah tidak melanjutkan usulan pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menyelidiki meninggalnya ratusan petugas KPPS yang berguguran di Pemilu serentak 2019.
Menanggapinya, Komisioner KPU RI Wahyu Setiawan memandang positif terhadap keputusan pemerintah terkait pembentukan TGPF.
Asalkan, semuanya dilandasi dengan niat baik mencari tahu alasan kuat dibalik musibah tersebut.
Namun, Wahyu meminta, jangan sampai gugurnya para petugas KPPS ini malah digunakan oleh beberapa pihak sebagai komoditas politik.
"Jangan gugurnya kawan-kawan kami, dipolitisir sedemikian rupa, sehingga justru menjadi komoditas politik. Kami tidak rela jika itu dilakukan," ungkap Wahyu di KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/5/2019).
Jika penyeledikan meliputi visum atau autopsi dilakukan guna mencari tahu penyebab wafatnya mereka, maka dalam penerapannya harus berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.
"Sepengatuhan saya, autopsi itu harus seizin pihak keluarga dan dilaporkan ke aparat berwenang. Kalau niatnya baik, ya ditempuh jalur hukum itu. Dan kita minta agar tidak dijadikan komoditas politik," pungkas Wahyu.
Baca: Penyelesaian Hasil Perhitungan Pemilu Lewat Hukum Jadi Cara Cegah Provokasi di Masyarakat
Diketahui, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, TGPF untuk menyelidiki gugurnya petugas dan pengawas Pemilu tidak perlu dibentuk.
Sebab katanya, sudah ada tim yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan untuk mencari faktor penyebab meninggalnya para petugas dari sisi kesehatan.
"Apa itu pencari fakta, nggak perlu pencari fakta. Ini kan tim yang diperlukan adalah tim yang tadi disampaikan Menteri Kesehatan. Untuk mencari faktor-faktor sisi kesehatan, beban kerjanya itu yang perlu dicari," ujar Moeldoko di Jakarta, Selasa (14/5).
Mulanya, desakan membentuk TGPF ini diinisiasi oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang merasa heran dengan banyaknya petugas KPPS maupun panitia pengawas jatuh berguguran.
Mereka mengusulkan supaya jenazah para petugas itu di autopsi untuk mencari tahu penyebab pasti kematian mereka, lantaran dianggap janggal.