TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengambil momentum perayaan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, PDI Perjuangan meyakini pada akhirnya KPU menetapkan Jokowi-KH Ma'ruf Amin untuk memimpin Indonesia periode 2019-2024.
PDI Perjuangan menyebut, kepemimpinan Jokowi-Ma'ruf akan mengambil spirit kebangkitan nasional yang merupakan awal dari pergerakan Indonesia menuju kemerdekaan.
Hal itu disampaikan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, saat membuka Mimbar Kebangsaan dalam rangka Kebangkitan Nasional bertema 'Bung Karno, Kebangkitan Nasional, dan Merawat Semangat Kebangsaan' di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2019).
Menurut Hasto, peringatan Hari Kebangkitan Nasional, adalah peringatan atas upaya para pendahulu bangsa dalam membangkitkan kesadaran rakyat Indonesia untuk melawan penjajahan.
"Ini awalnya dipelopori orang pintar saat itu, membangkitkan semangat bahwa kita satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, dalam persaudaraan nasional," kata Hasto.
Semangat ini yang terus menjadi landasan perjuangan hingga memerdekakan Indonesia lewat Proklamasi tahun 1945.
"Cita-cita bangsa Indonesia terus kita perkuat untuk dibumikan dalam kepemimpinan Jokowi-KH Ma'ruf Amin pada 5 tahun ke depan. Kita yakini spirit pemerintahan Jokowi-Ma'ruf diambil dari spirit kebangkitan nasional, hingga kemerdekaan RI 17 Agustus," ungkap Hasto.
Kini, semangat kebangkitan nasional itu, kata Hasto, menjadi kontekstual dalam menunjukkan bagaimana panjangnya sejarah perjuangan kemerdekaan, di tengah situasi jelang pengumuman hasil pemilu 2019 pada 22 Mei.
Bahwa ketika rakyat sudah bersatu dan mendukung maka takkan ada yang bisa menghadang.
Hasto mengatakan PDIP memastikan, dengan dukungan rakyat, maka puncak rekapitulasi KPU pada 22 Mei akan berjalan dengan aman.
"Persoalan ada yang menghasut rakyat, itu dinamika politik sebagaimana pilkada ketika ada pendukung yang berusaha memancing emosi hanya karena kalah," ujar Hasto.
"Tak perlu takut pada 22 Mei. Justru mereka yang tak percaya hukum dan demokrasi, mereka yang harus berpikir ulang. Karena bukan hanya politik hukum negara yang akan mereka hadapi, tapi juga kekuatan rakyat itu sendiri yang sudah memberi sikap lewat pencoblosan pemilu 2019," tambahnya.
Sementara itu, Pakar Airlangga Pribadi menjelaskan peringatan Kebangkitan Nasional adalah sejarah bangsa dimana kalangan intelejensia nasional memberikan kesadaran sosial soal pentingnya pendidikan dan kemerdekaan.
Muncul juga gerakan kesadaran nasional dari level masyarakat priyayi akan pentingnya memerdekakan Indonesia.
"Inilah penentu awal kesadaran tentang Indonesia," imbuh Airlangga.
Ia mengatakan, Proklamator RI Bung Karno berperan melanjutkan api semangat kebangkitan nasional lewat upaya menghidupkan serta menyatukan lagi gerakan kelompok-kelompok nasional Islam dan Buruh.
Pada saat itu, selain turunnya pamor, gerakan itu juga sedang berusaha dihancurkan oleh penjajah.
Bung Karno muncul dengan pidato 'Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme, yang memberi garis tebal terhadap pentingnya kebangkitan nasional awal yang sudah dikerjakan.
Ia juga mengangkat semangat pentingnya menyatukan kelompok yang tak sadar dalam gerakan 'Indonesia'. Lalu mencari titik temu kesamaan ideologi dari dinamika yang muncul dari gerakan kepartaian dalam sebuah kesatuan bersama.
"Dalam sebuah 'Indonesia Merdeka'. Selanjutnya kesatuan itu harus diikat dalam kekuatan politik yang disebut partai politik," ujar Airlangga.
"Sejak saat itu nama 'Indonesia' berkembang menjadi ikon, simbol perlawanan, hingga Indonesia merdeka," tambahnya.
Turut hadir dalam acara itu Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.