TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Keinginan Joko Widodo (Jokowi) untuk bertemu rivalnya Prabowo Subianto harus dimaknai sebagai upaya seorang negarawan untuk menunjukkan pada para pengikutnya bahwa mereka akur.
Demikian disampaikan pengamat politik, Leo Agustino kepada Tribunnews.com, guna menanggapi keinginan Jokowi untuk bertemu Prabowo.
Apalagi rencana untuk bertemu Ketua Umum Partai Gerindra itu bahkan sudah muncul sejak usai pemungutan suara 17 April 2019. Tapi sanyangnya hingga kini masih belum bisa ketemu.
"Sebagai sebuah negara besar seperti Indonesia, negara ini harus dibangun oleh orang-orang berjiwa dan berpikiran besar," ujar Leo Agustino kepada Tribunnews.com, Rabu (22/5/2019).
Keakuran inilah, menurut dia, yang diharapkan dapat merembes hingga akar rumput dua kubu yang selama Pilpres lalu saling berhadap-hadapan.
Baca: Mulai Rabu Ini Pemerintah Batasi Fitur-fitur di Medsos dan Messaging System
"Karena kita tahu, persaingan Pilpres kali ini teramat keras sehingga menimbulkan polarisasi yang amat dalam terutama dalam konteks sosiopolitik di negara kita," jelas Leo Agustino.
Karena itu, menurut dia, seharusnya sambutan Jokowi diterima secara besar hati dan lapang dada oleh Prabowo.
"Saya dan kita, saya pikir, tidak menghendaki polarisasi politik ini menjadi konflik di kemudian hari," ucapnya.
Dia menilai, cukup persaingan politik terjadi pada saat Pilpres berlangsung.
Setelah itu, semua anak bangsa bergandengan tangan kembali membangun kebhinekaan dengan benang persaudaraan. Dirajut dengan komunikasi yang saling menerima dan memahami.
"Apalagi di bulan suci ini kita bisa saling introspeksi bahwa kepentingan pribadi jauh banyak mudoratnya daripada kebaikannya," ucapnya.
Sejak 17 April Jokowi Sangat Ingin Bertemu Prabowo
Baca: Sudah 101 Orang Diduga Provokator Kerusuhan Ditangkap Polisi
Jokowi mengatakan, ia sangat ingin bertemu rivalnya Prabowo Subianto. Rencana untuk bertemu Ketua Umum Partai Gerindra itu bahkan sudah muncul sejak usai pemungutan suara 17 April 2019.
"Ya rencana kan sudah sejak awal, sejak 17 April sudah ada rencana, tapi belum ketemu," kata Jokowi usai menyampaikan pidato kemenangan di Kampung Deret, Tanah Tinggi, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Jokowi menduga kendala waktu menjadikan rencana pertemuannya dengan Prabowo tak juga terlaksana.
Dia menegaskan, tetap ingin bersahabat dengan Prabowo dan seluruh pendukungnya.
"Mungkin belum ketemu waktunya. Yang jelas kita ingin terus bersahabat, terus bersilaturahim dengan Pak Prabowo dan Pak Sandiaga Uno dan seluruh pendukung yang ada," ujar Jokowi.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga menyatakan bahwa ia dan Ma'ruf Amin akan menjadi presiden dan wapres bagi seluruh rakyat Indonesia setelah dilantik pada Oktober mendatang.
KPU sebelumnya menetapkan rekapitulasi hasil penghitungan dan perolehan suara tingkat nasional untuk pilpres 2019 dalam sidang pleno pada Selasa (21/5/2019) dini hari.
Hasilnya, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang atas paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Jumlah perolehan suara Jokowi-Ma'ruf mencapai 85.607.362 atau 55,50 persen.
Sedangkan perolehan suara Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen. Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen.(*)