TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (UBJ), Hermawan Sulistyo mengungkapkan analisisnya terkait siapa pelaku pembakan di aksi 22 mei lalu.
Dilansir dalam tayangan Kompas Petang yang dibagikan di saluran YouTube KompasTV, Sabtu (25/5/2019).
Dalam pemaparannya, Hermawan Sulistyo menyoroti sejumlah hal yang menurutnya janggal jika disebutkan bahwa polisi lah yang menjadi pelaku penembakan dalam aksi tersebut.
Yang pertama, Hermawan memaparkan, dari delapan orang yang tercatat meninggal dunia, tidak diketahui siapa orang yang mengantarkan korban tersebut ke rumah sakit.
"Delapan orang yang mati itu sampai sekarang tidak ada data satupun di semua rumah sakit yang dikirim mayatnya yang bawa mayatnya itu siapa. Tidak ada datanya," ungkap Hermawan.
Hermawan menilai, ada kejanggalan dari fakta yang ia dapatkan itu.
Selain itu, Hermawan juga menyoroti luka tembak pada korban yang ia nilai janggal.
"Yang kedua, yang luka tembak, empat orang yang ke rumah sakit polri itu semua single bullet. Ketembak dari samping kanan, di leher," kata Hermawan.
Menurut Hermawan, jika pihak kepolisian yang menembak, maka seharusnya luka tembakan di tubuh korban ada lebih dari satu.
Terlebih, luka tembakan terdapat di bagian tubuh yang bukan badan atau punggung.