Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asrama Brimob di Petamburan, Jakarta Barat jadi satu lokasi yang disasar massa perusuh aksi 22 Mei yang tak hanya membakar sejumlah mobil tapi juga bertujuan merampas senjata Brimob.
Saat penyerangan Rabu (22/5/2019), Kasubden Kimia Biologi dan Radio Aktif (KBR) Brimob AKP Ibrahim Sadjab yang jadi satu korban kerusuhan mengatakan hanya sekitar 50 personel yang berjaga di lokasi.
Pasalnya sebagian besar dari mereka ditugaskan mengamankan kantor Bawaslu RI tempat massa aksi 22 Mei terkonsentrasi melakukan aksi demo yang juga berujung bentrok.
Ibrahim yang kini terbaring lemah di Gedung Promoter RS Polri Kramat Jati menuturkan kejadian berawal sekira pukul 02.00 WIB saat seluruh personel sedang berjaga.
Baca: Imbas Naiknya Harga Tiket Pesawat, Sejumlah Pemudik Pilih Naik Kapal dari Tanjung Priok
Baca: Masa Sidang MK 14 Hari Dinilai Tidak Ideal untuk Periksa Sengketa Pilpres
Baca: Silaturahim ke Masjid Istiqlal, Sinar Mas Wakafkan Alquran dan Salurkan 3.000 Liter Migor
Baca: VIRAL Video Sup Hot Pot Meledak ke Wajah Pelayan Saat Mencoba Ambil Korek Gas yang Terjatuh
"Sekitar jam dua pagi pintu lorong saya diketok perwira jaga. Saya tanya ada apa, katanya ada yang menyerang.
Saya lihat anggota sudah lari semua, ditarik sama kepala Detasemen," kata Ibrahim di RS Polri Kramat Jati, Rabu (29/5/2019).
Melihat seluruh rekannya tergesa memakai perlengkapan pengamanan dan berlari menuju pintu depan asrama Brimob Petamburan, dia sadar situasi sudah memanas.
Saat tiba di pintu masuk Asrama Brimob, Ibrahim mendapati sejumlah mobil yang terparkir sudah dipanggang massa yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding personel Brimob.
"Saya pakai perlengkapan, saya lari ikutin. Ternyata di depan gapura Petamburan sudah ada massa dari dua sisi.
Dari arah Slipi dan Tanah Abang, jadi kami diapit di antara kendaraan. Kalau di posisi di antara Kebakaran saat itu," ujarnya.
Meski harus bertahan di antara mobil yang dibakar massa, Ibrahim menyebut Kepala Detasemen Gegana AKBP Morry tetap berusaha mengimbau agar mengakhiri tindakannya.
Nahas imbauan tersebut tak berarti karena massa yang didominasi remaja atau masih berstatus anak secara hukum kian kalap menyerang personel Brimob yang berjaga.
"Kami dilempari berbagai batu yang besar, botol kaca, bom molotov, sama kaca-kaca.
Batunya pun buka batu kecil, besar semua. Waktu itu perintah komandan saya semuanya bertahan, tidak ada yang menggunakan peluru tajam," tuturnya.
Ibrahim mengatakan butuh beberapa waktu sebelum seluruh personel dapat mengganti amunisi menggunakan pelontar gas air mata yang diharap ampuh membubarkan massa.
Ruang gerak sekitar 50 personel Brimob yang berada di lokasi semakin terbatas karena kobaran api kian membesar, sementara kebanyakan mobil Barracuda korps Brimob dikerahkan ke Bawaslu RI.
"Sembari menunggu logistik mengganti peluru kami bertahan di situ dengan seadanya saja.
Kami menunggu, kami langsung ganti (amunisi). Kami bertahan di antara mobil-mobil," lanjut Ibrahim.
Di tengah kerusuhan Ibrahim menyaksikan pemandangan pilu, yakni jerit tangis ketakutan para istri dan anak sesama rekannya yang sedang bertugas mengamankan aksi 22 Mei.
Dia mengaku tak dapat membayangkan bagaimana nasib para istri dan anak tersebut bila 50 personel yang ada di lokasi gagal mengamankan asrama Brimob Petamburan.
"Saya lihat ada ibu-ibu sama anak-anak penghuni. Pada nangis semua di belakang. Itu yang bikin kami bisa bertahan di situ.
Seandainya bisa jebol bagaimana dengan kondisi anak anggota yang tinggal di situ.
Mungkin bapaknya juga lagi enggak ada di rumah, lagi dinas," kata dia.
Di tengah keterbatasan amunisi gas air mata, kelelahan, dan kobaran api, 50 personel Brimob bertahan selama nyaris tiga jam dilempari batu, bom molotov, petasan, dan benda lain.
Sekira pukul 04.30 WIB, Ibrahim menyebut tiba sejumlah personel pengurai massa dari Polda Metro Jaya yang berhasil mendesak massa perusuh dari arah Slipi, Jakarta Barat.
"Mereka usir massa yang dari Slipi, sehingga kami yang di Gegana mendorong massa yang ke arah Tanah Abang.
Kami dorong sampai di depan rumah sakit Pelni, saya dorong itu supaya massa pecah di gang-gang sekitar situ," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Cerita AKP Ibrahim Detik-detik Rusuh di Asrama Brimob, Melihat Istri dan Anak Rekannya Menangis