TRIBUNNEWS.COM -- Istri Irfansyah alias IR, salah satu perusuh dalam aksi 22 Mei yang berhasil ditangkap polisi memberikan kesaksian tentang suaminya.
Istri IR memberi kesaksian perihal rencana sang suami yang akan melakukan pembunuhan pada empat tokoh Indonesia dalam aksi 22 Mei lalu.
IR, menurut kesaksian Angel, merupakan seorang mantan anggota TNI AD yang telah menyelesaikan masa tugas sebelum menikahinya.
Angel mengatakan, suaminya mendapat masalah saat menjalankan tugas sebagai TNI AD, hingga akhirnya ia mengundurkan diri.
Namun, Angel mengaku tak tahu pekerjaan suaminya saat ini seusai bertugas sebagai TNI AD.
Baca: Baca Bunyi Surat Perpisahan dari Anak Cowoknya yang Baru Lulus SMA, Air Mata Najwa Shihab Tumpah!
Baca: Penumpang Transjakarta Meningkat Usai MRT Jakarta Beroperasi
Baca: MPV 7 Seater Seken di Surabaya Jadi Favorit Jelang Mudik Lebaran
"Dulu dia TNI AD, tapi sudah keluar sejak sebelum nikah sama saya. Kalau enggak salah ada masalah soal tugas tapi persisnya saya enggak tahu," kata Angel dikutip dari artikel Tribun Wow berjudul "Pengakuan Istri Perusuh Aksi 22 Mei yang Incar Bunuh 4 Tokoh, Selama Nikah Tak Tahu Kerjaan Suami".
Di mata Angel, IR adalah sosok orang yang tertutup dan tak pernah membicarakan masalah pekerjaan dengan istrinya.
Angel hanya mengetahui, bahwa IR biasanya bekerja sebagai pengawal seseorang.
"Dia suka diminta ngawal-ngawal aja, saya juga kurang tahu pastinya," kata Angel.
Mengenai keterlibatan IR dalam sebuah partai politik, Angel bahkan tak mengetahui hal itu.
Meskipun demikian, ia membenarkan soal adanya stiker berlogo Prabowo-Sandi yang ada di jendela kaca rumahnya.
Angel menuturkan, stiker tersebut sudah ada di rumahnya sejak awal kampanye 2019 berlangsung.
"Itu stikernya sudah lama emang dipasangnya dari pas pemilu itu dikasih sama relawan," kata Angel Selasa (28/5/2019).
"Kalau pilihan politik itu kan hak masing-masing ya, saya juga enggak pernah nanya dan dia juga enggak pernah ngomongin politik," kata Angel.
Dijelaskan oleh Angel, sebelum aksi 22 Mei, sang suami sempat bercerita padanya bahwa akan ikut dalam aksi massa 22 Mei tersebut.
"Sebelumnya suami emang bilang mau ikut aksi itu. Sehabis makan malam dia pergi ke lapangan, dia emang suka nongkrong di sana," sambung Angel.
Hanya saja, sebelum aksi 22 Mei, IR sudah diamankan oleh kepolisian di Kompleks Peruri di Kawasan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (21/5/2019) lalu.
"Dia ditangkap di lapangan dekat Peruri," ungkap Angel.
Baca: Prediksi Susunan Pemain Semen Padang vs Persib Bandung, Liga 1 2019, Adu Tajam NDouassel - Karl Max
Baca: Berbagi Kebahagiaan Bersama Panti Asuhan dan Panti Jompo
Baca: Ria Ricis Ternyata Kerap Keluar Masuk Rumah Sakit Sejak Kecil Meskipun Selalu Terlihat Periang
Setelah penangkapan sang suami, Angel mengaku didatangi anggota polisi dan menggeledah rumah kontrakannya disaksikan langsung oleh IR.
Saat menggeledah rumah Angel, polisi berusaha mencari tiga senjata api ilegal yang diduga dimilik IR dan ada kaitannya soal rencana pembunuhan tokoh saat aksi 22 Mei.
"Digeledah semua malam itu juga. Polisi cari-cari senjata, sampai ke rumah ibu saya yang enggak jauh dari sini juga ikut digeledah," ujar Angela.
Namun Angel menuturkan bahwa kepolisian tidak menemukan senjata di rumahnya maupun rumah sang ibu.
Meski tak menemukan senjata tajam, anak panah yang dijadikan pajangan di rumah kontrakan tersebut, diamankan dan dibawa oleh kepolisian.
Rencana Perusuh Aksi 22 Mei Bunuh 4 Pejabat Negara
Rencana perusuh dalam aksi 22 mei 2019 akan membunuh 4 pejabat negara dan pimpinan lembaga survei diungkap oleh Mabes Polri.
Para tersangka calon eksekutor yang merencanakan pembunuhan pejabat negara dan pimpinan lembaga swasta sudah ditangkap.
Namun, polisi masih mendalami siapa otak di balik rencana pembunuhan tersebut.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu, Jakarta.
Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pemimpin lembaga survei.
Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.
Saat itu, HK mendapat perintah seseorang untuk membeli senjata.
"HK menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini, pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Iqbal dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/5/2019).
Setelah itu, lanjut Iqbal, pada 13 Oktober HK menjalankan perintah dan membeli senjata.
Ada empat senjata yang didapat oleh HK dari AF dan AD.
Sebagian senjata itu lalu diserahkan HK kepada rekannya, AZ, TJ, dan IR.
Pada 14 Maret, HK mendapat transfer Rp 150 juta.
Sebanyak Rp 25 juta ia bagikan kepada TJ.
"TJ diminta membunuh dua tokoh nasional. Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Iqbal.
Lalu pada 12 April, HK kembali mendapat perintah lagi untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.
"Jadi, ada empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," ujarnya.
Saat ditanya apakah tokoh nasional yang dimaksud adalah pejabat negara, Iqbal membenarkan.
"Pejabat negara. Tapi bukan Presiden. Tapi bukan kapasitas saya menyampaikan ini. Nanti kalau sudah mengerucut baru dikasih tahu," kata dia.
Selain empat pejabat negara, belakangan HK juga mendapat perintah untuk membunuh seorang pemimpin lembaga survei.
"Terdapat perintah lain melalui tersangka AZ untuk bunuh satu pemimpin lembaga swasta. Lembaga survei. Dan tersangka tersebut sudah beberapa kali menyurvei rumah tokoh tersebut," ujar Iqbal.
Saat ini, HK beserta rekannya AZ, TJ dan IR yang mencoba melakukan upaya pembunuhan sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.
Begitu juga AF dan AD selaku penyuplai senjata.
Namun, otak yang meminta melakukan pembunuhan ini, polisi mengaku masih melakukan pendalaman.
Empat Tokoh Nasional yang Jadi Target Pembunuhan
Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal mengungkapkan, polisi menangkap enam tersangka yang mendapat perintah pembunuhan terhadap pimpinan lembaga survei dan empat tokoh nasional.
Enam pelaku yaitu HK alias Iwan, AZ, IF, TJ, AD, dan AF alias Fifi kepada wartawan di Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Senin (27/5/2019) kemarin.
M Iqbal mengatakan enam pelaku tersebut memiliki peran yang berbeda-beda.
Pihak kepolisian sudah mengantongi identitas seseorang yang memerintah aksi tersebut dan kini sedang memburunya.
Polisi mengungkap empat nama tokoh nasional yang menjadi target pembunuhan dalam aksi kerusuhan 22 Mei 2019.
Dikutip SURYA.co.id dari Kompas TV (Group SURYA), hal tersebut disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Gedung Kemenko Polhukam Jakarta, Selasa (28/5/2019).
"Betul (jadi target pembunuhan). Pak Wiranto (Menko Polhukam), Pak Luhut (Menko Kemaritiman), yang ketiga Kepala BIN (Budi Gunawan), yang keempat Pak Gories Mere," terang Tito Karnavian.
Tetapi Tito Karnavian enggan menyebut nama pimpinan lembaga survei yang juga menjadi target pembunuhan.
"Yang kelima pimpinan lembaga survei yang tidak bisa disebutkan," ujarnya. (Akira Tandika Paramitaningtyas)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kesaksian Istri Irfansyah Soal Rencana Suaminya Bunuh 4 Tokoh di Aksi 22 Mei, 'Suka Diminta Ngawal'