TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hari ini meninjau layanan akomodasi di Madinah. Ikut mendampingi, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nizar, Sesditjen PHU Ramadan Harisman, dan jajaran Kantor Urusan Haji (KUH).
Selain melihat langsung hotel yang akan ditempati jemaah haji selama di Madinah, Menag juga meninjau kesiapan dapur yang akan melayani katering jemaah haji Indonesia. Salah satunya adalah Dapur Andalus.
Dapur tersebut, tahun ini akan melayani konsumsi bagi 18.000 jemaah haji Indonesia di Madinah. Dari 15 dapur yang dikontrak di Madinah, Andalus adalah dapur yang terbesar kedua setelah Ahmadi.
Di Andalus, Menag berdialog dengan Maman, salah chef yang berasal dari Purwakarta, Jabar. Maman sudah 10 tahun bekerja di dapur katering Madinah.
"Apakah ada kesulitan dalm pelayanan konsumsi kepada jemaah selama ini," tanya Menag.
Maman menjawab bahwa ada beberapa kendala, misalnya: keterbatasan bahan baku, seperti ikan patin, dan tahun lalu ada kesulitan katering masuk hotel bintang 5.
Kesulitan lainnya jika ada 1 kloter yang jemaahnya terpecah di dua hotel sehingga membutuhkan tambahan tenaga dan peralatan.
Merespon hal itu, Menag meminta kepada Kantor Urusan Haji (KUH) agar ketentuan yang termaktub dalam kontrak disosialisasikan kepada petugas penyedia katering yang bekerja di lapangan.
"KUH harus mensosialisasikan aturan yang ada dikontrak sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di lapangan dan potensi kendala bisa diantisipasi sejak awal," tegasnya.