TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilu 2019 acap kali diwarnai berbagai aksi keberatan, protes tuduhan curang yang menyasar penyelenggara Pemilu dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Bahkan beberapa jam selang pengumuman hasil rekapitulasi suara Pemilu yang dilakukan KPU RI pada Selasa (21/5) dinihari, terjadi aksi kericuhan di depan Gedung Bawaslu RI selama dua hari berturut-turut.
Kini, hasil pengumuman KPU disengketakan oleh kubu BPN Prabowo-Sandi ke Mahkamah Konstitusi (MK).
KPU jadi satu-satunya pihak termohon atau tergugat dalam perkara ini.
Kemudian esok hari, MK akan menggelar sidang pendahuluan sengketa hasil Pemilu yang diajukan BPN.
Melihat rentetan kejadian tersebut, jajaran Komisioner KPU RI mengaku tak menerapkan pengamanan ekstra terhadap keselamatannya jelang sidang perdana besok.
Namun, sejumlah aparat kepolisian disebut turut melekat untuk setiap Komisioner KPU.
Selain bersiaga di kantor KPU RI, aparat keamanan juga ditempatkan di rumah dinas masing-masing Komisioner.
Baca: Wiranto Puji Prabowo, Ini Pujiannya
"Ya ada (aparat kepolisian) yang ikut dengan kita, tapi bagi saya biasa saja," ungkap Ketua KPU RI Arief Budiman di kantornya, Kamis (13/6/2019).
"Standar pengamanan memang sebagaimana yang diberlakukan sampai saat ini. Ada petugas kepolisian yang bersama kita, ada petugas kepolisian yang standby di kantor, ada yang ditempatkan di rumah dinas kita," ujarnya.
Kata Arief dari segi jumlah, pihak kepolisian yang disiagakan di dua tempat tersebut mengalami penambahan jumlah personil.
"Cuma mungkin jumlahnya bertambah ya dari hari biasa," jelasnya.
Menurut Arief, dirinya dan Komisioner KPU lainnya tidak merasa terganggu dengan ancaman dari pihak luar.
Mereka masih nyaman bekerja dari pagi hingga bertemu pagi keesokan harinya.
"Mau kerjaan tuntas pagi, siang yang penting kita merasa nyaman. Sampai hari ini tidak ada gangguan apapun," ujar dia.