TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Marsudi Wahyu Kisworo merupakan saksi ahli IT yang dihadirkan KPU RI dalam sidang lanjutan sengketa hasil Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2019).
Lantas siapa sebenarnya Marsudi dan bagaimana sepak terjangnya hingga bisa menjadi saksi ahli dari KPU?
Merujuk dari https://marsudi.wordpress.com/about/ ternyata masa kecil Marsudi, pria kelahiran 29 Oktober 1958 silam ini banyak dihabiskan di wilayah Jawa Timur. Ketika SD, dia sekolah di Ponorogo, SMP dan SMA di Madiun.
Tamat SMA tahun 1987, dia melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung, jurusan teknik elektro dengan spesialisasi Teknik dan sistem komputer.
Tamat dari ITB tahun 1983, dia bekerja di Jakarta, PT Elnusa. Semasa kuliah, Marsudi membagi waktu dengan jualan komputer serta mengajar di beberapa sekolah.
Sampai di tahun 1989, ia melanjutkan studi S2 di Curtin University of Technology, Pert, Australia dengan sponsor dari Australia International Development Assistance (AIDAB).
Tidak puas hanya S2, lanjut Marsudi mendaftar kandidasi S3. Alhamdulilah hanya dalam waktu 2,5 tahun dia menyelesaikan program S3 dalam bidang Teknologi Informasi.
Baca: Sindir Robot Situng Saksi BPN, Ahli: Mahasiswa Semester 1 Pun Bisa Download Data Situng
Pulang dari Australia, Marsudi kembali ke STMIK Bina Nusantara sebagai Direktur Penelitian dan Direktur Program Pasca Sarjana.
"Salah satu mahasiswa angkatan pertama yang pernah saya bimbing adalah pak Bibit S Rianto yang pernah jadi wakil ketua KPK," tulis Marsudi.
Tahun 1995, Marsudi dipilih menjadi Ketua dari STMIK Dharma Bakti. Lalu di 199x Cak Nur (alm Nurcholish Madjid) mengajaknya bersama alumni Islamic Network (ISNET) mendirikan Universitas Paramadina.
"Antara tahun 1998-2002 saya jadi Deputi Rektor bidang Sumberdaya sekaligus Direktur Utama PT Amanah Paramadina. Tahun 2002, saya diangkat sebagai guru besar dalam bidang teknologi informasi oleh pemerintah. Konon waktu itu saya adalah profesor pertama dalam bdang ini," ujar dia.
Pada tahun 2005, dia bergabung dengan sebuah universitas internasional di Serpong yaitu Swiss German University-Asia sebagai Pro-Rector fir Academic Affairs merangkaT sebagai dean di Faculty of Information and Communication Technology. Sampailah di tahun 2010, Marsudi terpilih menjadi rektor dari Unstitut Perbanas.
Bicara soal training, salah satu bidang yang menarik dirinya adalah pengembangan potensi diri. Dia mulai tertarik bidang ini ketika tahun 1986, saat di STMIK Bina Nusantara.
"Kami ditraining oleh yang sekarang jadi bapak Ethos Indonesia, yaitu Jansen Sinamo yang melatihkan programnya Dale Carnegie.sejak itu saya baca berbagai buku dan ikut berbagai training. Selain menjadi peserta kemudian saya mengikuti berbagai program training for trainers," lanjutnya.
Karena sudah mempunyai ilmu, maka ilmu itu mulai dia amalkan sejak 1995 dengan memberikan berbagai training mulai yang gratis ke mahasiswa, guru, jamaah pengajian dan lainnya hingga ke yang komersial dan dibayar mahal ke berbagai institusi dan BUMN.
"Tapi karena training belum menjadi mata pencaharian saya yang utama, setidaknya samppai saat ini biasanya saya memberikan training saat waktu kosong atau akhir pekan," imbuhnya.