TRIBUNNEWS.COM - Ismail Fajrie Alatas pemuda kelahiran Semarang 18 September 1983 ini merupakan seorang humanis dan habib yang memiliki pemikiran intelektual.
Ismail Fajrie Alatas juga merupakan kandidat doktor dari University of Michigan yang dalam kesehariannya dikenal sebagai pribadi yang santun dan memiliki pola pikir maju.
Ismail Fajrie Alatas pernah memberikan pendapatnya tentang keberadaan Islam masa kini yang menurutnya berubah menjadi agama kaku dan rentan akan konflik.
Hal ini disebabkan oleh pola tekstualitas yang dilakukan oleh banyaknya kalangan muslim dalam memahami Islam.
Baca: Sebelum Rich Brian, Berikut Deretan Artis yang Diundang Jokowi ke Istana, Buktikan Tak Ada Jarak
Baca: Dirundung Duka, Putra Sulung Sutopo BNPB Beri Respon Terkait Pesan Terakhir Sang Ayah
Pria yang akrab disapa Adjie ini memaparkan bahwa hakikatnya Islam merupakan agama yang bersumber pada hati, sehingga kelembutan, toleransi dan keindahan terbentuk.
Adjie menambahkan, jika Islam hanya disampaikan melalui akal maka akan menyebabkan radikalisme di kalangan masyarakat.
Terkait fenomena yang menyebutkan bahwa habib dekat dengan kekuasaan, menurut Adjie hal ini merupakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme atau saling memberikan keuntungan.
Politisi bisa mendapatkan massa yang banyak dari jamaah habib, sedangkan habib mendapatkan uang dari politisi tersebut.
Namun bisa saja habib mendekati penguasa karena untuk menghidupkan majelis.
Menurut Adjie, pada dasarnya habib tidak membutuhkan politisi, justru sebaliknya karena habib dianggap memiliki massa, maka politisi yang membutuhkan habib. (1)