Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf BPBD Kabupaten Halmahera Iksan Subur mengatakan gempa terasa sebanyak enam kali dalam dua puluh menit di Kabupaten Halmahera Selatan pada Minggu (14/7/2019) sekira pukul 16.20 WIB dengan magnitude 7.2 SR.
Akibatnya masyarakat menjadi panik dan berhamburan keluar rumah.
"Posisi saya berada di (Kabupaten) Halmahera Selatan. Gempa terasa enam kali dalam dua puluh menit. Masyarakat berhamburan keluar rumah. Sampai sekarang masyarakat belum berani untuk masuk ke rumah, masih berada di jalan-jalan," kata Iksan saat dihubungi Tribunnews.com pada Minggu (14/7/2019).
Iksan juga mengatakan, sejumlah warga yang berada di pinggir pantai juga telah berbondong-bondong menggunakan kendaraannya untuk menjauh dari bibir pantai untuk menuju tempat yang lebih tinggi.
Baca: Ditanya Tawaran Menteri, Sandiaga Jawab dengan Oke Oce
Baca: Ramalan Zodiak Cinta, Senin (15/7/2019), Pasangan Leo Terbakar Cemburu, Virgo Hadapi Pertengkaran
Baca: Disebut Anak Durhaka, Salmafina Sunan Beberkan Usahanya Demi Bertemu Orangtua
"Di pinggir pantai sudah mulai ramai kendaraan. Mereka menuju ke tempat yang lebih tinggi," kata Iksan.
Iksan juga mengatakan, listrik juga sempat padam namun saat ini sudah kembali menyala.
Selain itu Iksan mengatakan jaringan komunikasi juga masih berfungsi dan belum tampak kerusakan bangunan ataupun korban jiwa.
"BPBD masih melakukan koordinasi terkait dampak bencana," kata Iksan.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat telah terjadi gempa bumi tektnonik pada hari Minggu, 14 Juli 2019, pukul 12.39.24 WIB.
Wilayah laut di sebelah utara Australia Barat diguncang gempabumi tektonik.
Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki kekuatan Magnitude sebesar 6,6.
Episenter gempabumi terletak pada koordinat 18,24 LS dan 120,3 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 878 km arah selatan Kabupaten Rote Ndao, Propinsi Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 10 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal di Utara Port Hedland, Australia Barat.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi di wilayah laut di Australia Barat ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar (strike-slip fault).
Gempa barat laut Australia ini tercatat dengan baik pada sensor seismik BMKG seperti: PLAI (Plampang) pukul 12:41:42 WIB, WBSI (Waikabubak) pukul 12:41:26 WIB , WSI (Waingapu) pukul 12:41:27 WIB , KLNI (Lombok) 12:41:52, BATI (Kupang) pukul 12:41:30 WIB.
Dampak gempabumi berdasarkan laporan masyarakat menunjukkan bahwa guncangan dirasakan di Waingapu, Sumbawa, Bima dalam skala intensitas III MMI dan Mataram II MMI.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami. Hingga pukul 13.04 WIB, Hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan," kata Rahmat dalam keterangannya pada Minggu (14/7/2019).
Ia mengimbau, agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan. Mohon cermati dan terus berlatih langkah-langkah praktis untuk antisipasi bahaya gempabumi, baik pada saat persiapan sebelum gempa, saat dan setelah gempabumi," kata Rahmat.
Ia pun meminta agar masyarakat hanya menerima informasi resmi dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user: pemda, pwd: pemda-bmkg) atau infobmkg.