Puasa menjelas Hari Raya Idul Adha dilakukan untuk mendapat keberkahan bulan Zulhijah.
Terlebih lagi, bulan Zulhijah menjadi salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Baca: Bukan Hanya Cari Gelar, Zaman Dulu Orang Pulang Haji Makin Berilmu dan Pemersatu Bangsa
Baca: Pengelola Hotel Makkah Beri Bunga untuk Semangati Jemaah Haji yang Sakit
Mereka yang mampu dianjurkan untuk melaksanakan ibadah haji ke tanah suci untuk menyempurnakan rukun Islam.
Sementara bagi yang tidak melakukan ibadah haji, dianjurkan untuk mendirikan amalan-amalan sunah.
Mengutip dari zakat.or.id, sepuluh hari pertama di bulan Zulhijah menjadi hari yang paling istimewa untuk memperbanyak amalan.
Hal ini sesuai dengan hadist riwayat Ibnu Abbas dalam Sunan At- Tirmidzi berikut ini.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر
Artinya : “Rasulullah SAW berkata: Tak ada hari lain yang disukai Allah SWT untuk beribadah seperti sepuluh hari ini,” (HR. At- Tirmidzi)
Tiga hari yang paling istimewa dalam bulan Zulhijah yakni pada tanggal 8, 9, dan 10 Zulhijah.
Tanggal 8 Zulhijah disebut dengan yaumu tarwiyah, tanggal 9 Zulhijah disebut dengan yaumul 'arafah, dan tanggal 10 Zulhijah disebut dengan yaumun nahr.
Keistimewaan ini menjadikan tujuh hari sebelum di bulan Zulhijah dianjurkan untuk puasa.
Baca: Jual Sayur dan Tabung Uang Selama 30 Tahun di Bawah Kasur, Pria Ini Hadiahkan Istri Berangkat Haji
Baca: Dubes RI untuk Arab Saudi: Haji Diplomasi yang Dahsyat
Masih mengutip dari sumber yang sama, Ibnu Abbas mencatat bahwa sepuluh hari awal Idul Adha terjadi berbagai peristiwa besar yang berkaitan dengan perubahan kehidupan manusia berikutnya.
Umat muslim di Indonesia mungkin kebanyakan menunaikan puasa sunah dua hari menjelang Idul Adha atau yang biasa dikenal dengan Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang disunahkan sebelum Idul Adha yakni tanggal 8 Zulhijah.