Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Raniah, warga Kampung Peniis, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten menceritakan detik-detik terjadinya gempa berkekuatan 7.4 SR, Jumat (2/8/2019) malam.
Kepada Tribunnews.com, Raniah menceritakan detik-detik suasana tempat tinggalnya diguncang gempa.
Ia mengatakan, saat itu dirinya memasak air di dapur usai santap malam.
Saat sedang asik duduk, suara gemuruh terdengar kencang dari luar rumah.
Raniah beranggapan suara gemuruh berasal dari suara mobil truk yang melintas di jalan kampungnya.
Namun, tiba-tiba bangunan rumahnya yang baru direnovasi pascatsunami Banten Desember 2018 silam bergoyang keras.
Baca: Pentingnya Anak Muda Indonesia Menjaga Perdamaian Dunia
Baca: Pemkot Surabaya Perang Terbuka dengan Anggota TGUPP Jakarta Soal Sampah, Ini Kata Pengamat
Baca: Cegah Kanker hingga Redakan Nyeri Sendi, Inilah Manfaat Tak Terduga Ubi Jalar
"Karena di sini sedang angin kencang, kirain angin kencang. Tiba-tiba ada suara gemuruh kencang, dikira mobil truk lewat, tau-tau rumah langsung goyang," ucap Raniah kepada Tribunnews.com, melalui sambungan telepon, Jumat (2/8/2019) malam.
Ia lalu bercerita, warga di sekitar tempat tinggalnya berhamburan keluar rumah.
Saat keluar rumah, listrik di kampungnya seketika padam. Kepanikan warga pun memuncak karena setelah gempa hebat, suasa kampung seketika gelap gulita.
"langsung warga keluar dan mati lampu, langsung listriknya mati, makannya orang kelabakan. Orang-orang bingung mau kemana karena gelap, semua pada menjerit," ungkapnya.
Raniah bersama keluarga besarnya tampa pikir panjang memilik melarikan diri menuju lokasi yanh lebih tinggi dari rumahnya.
Sebab, ia tinggal kurang lebih 100 meter dari bibir pantai.
Khawatir terjadi tsunami, ia pun bersama ke 30 anggota keluarganya mengungsi sejauh 300 meter dari rumahnya.
"Saat ini saya mengungsi di saung kecil di sekitar sawah. Jaraknya 300 meter dari rumah," ujarnya.
Cabut peringatan tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa Magnitudo 7.4, Jumat (2/8/2019) pukul 19:03:25 WIB.
"Peringatan Dini TSUNAMI yang disebabkan oleh gempa Mag:7.4, 02-Agu-19 19:03:25 WIB, dinyatakan telah berakhir," tulis BMKG.
Sebelumnya gempa bumi yang berpusat di Sumur, Pandeglang, Banten tersebut dinyatakan BMKG berpotensi menimbulkan tsunami.
Dikutip Tribunnews.com dari tayangan KompasTV Breaking News Gempa Magnitudo 7,4 malam ini.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menginformasikan, peringatan dini tsunami akan dicabut jika sudah melewati pukul 21.35 WIB.
Baca: Persebaya Surabaya vs Persipura Jayapura: Irfan Jaya Bawa Persebaya Menang 1-0
Baca: Dilaporkan Farhat Abbas Terkait Dugaan Konten Porno, Hotman Paris: Tak Akan Melakukan Hal Bodoh
Baca: Basarnas Jabar: Warga Sukabumi dan Cianjur Selatan Sudah Mengungsi ke Perbukitan
Ia juga mengungkapkan, peringatan dini tsunami harus menunggu 2 jam setelah gempa terjadi sebelumnya.
Dwikorita juga mengimbau agar tetap tenang dan masyarakat yang berada di lokasi waspada mohon segera menjauhi lokasi bibir pantai.
Melansir laman Kompas.com, Kepala Pusat Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, ada tiga daerah berstatus siaga tsunami pasca-gempa.
Menurut Rahmat, di tiga daerah itu yaitu Pandeglang, Lampung Selatan, dan Tanggamus berpotensi terjadi tsunami dengan gelombang relatif tinggi.
"Ini daerah-daerah yang cukup signifikan ancaman tsunaminya. Ancaman tsunaminya di atas 3 meter," kata Rahmat kepada Kompas TV, Jumat (2/8/2019).
Rahmat mengatakan, pusat gempa terdeteksi di selat sunda dengan jarak 159 kilometer dari Labuan, Pandeglang, Banten.
Gempa terasa hingga Jakarta, sebagian Jawa Tengah, Lampung, dan Bengkulu.
Menurut Rahmat, setelah terjadinya gempa, BMKG terus memantau potensi tsunami.
Namun demikian, setelah 40 menit gempa melanda, BMKG tak melihat perubahan muka air laut.
"Kami masih pantau, sampai sekarang kami belum melihat perubahan muka air laut. Kami berharap tak ada tsunami," kata dia.
Rahmat mengimbau warga di daerah yang masuk dalam level siaga dan waspada tsunami agar menjauhi pantai.
"Jika tak ada perubahan dalam waktu dua jam, mungkin akan kita akhiri (peringatan tsunami)," tukasnya.
Warga Sumur lari ke tempat tinggi
Ketenangan malam di daerah Sumur, Pandeglang, Banten berubah, menjadi kepanikan saat gempa bumi magnitudo 7,4 mengguncang, Jumat (2/8/2019) sekitar pukul 19.05 WIB.
Warga panik dan segera berhamburan keluar rumah setelah merasakan gempa yang dirasakan sangat kuat.
Trauma kejadian gempa dan tsunami pada akhir Desember 2018 lalu masih kuat dalam ingatan warga Sumur.
Karena itu warga langsung melarikan diri dan menyelamatkan diri menuju dataran lebih tinggi.
"Semua pada melarikan diri, menyelamatkan diri masing-masing. Karena kita masih trauma. Apalagi pusat gempa ada di Sumur," kata Warga Sumur, Pandeglang, Banten, Nyai Nuraesih, ketika diwawancarai Kompas TV, Jumat (2/8/2019).
Baca: Dilaporkan Farhat Abbas Terkait Dugaan Konten Porno, Hotman Paris: Tak Akan Melakukan Hal Bodoh
Baca: Video Detik-detik saat Gempa 7,4 SR Guncang Banten, Ali Ngabalin Sedang Live di Studio Televisi
Baca: Peringatan Dini Tsunami Dicabut Setelah Pukul 21.35 WIB, Begini Penjelasan BMKG
Kini, setelah gempa berselang, semua masyarakat sudah tidak ada lagi di pinggir pantai.
Semua sudah mengevakuasi diri dan berada di daerah dataran tinggi.
Dia bersyukur tempat ia tinggal jauh dari garis pantai dan berada di daratan yang relatif lebih tinggi.
Warga banyak berada di sekitar wilayah dekat ia tinggal.
"Sekarang semua masyarakat siaga. Tidak ada imbauan, hanya inisiatif masyarakat sendiri karena kita juga masih trauma. Jadi langsung menuju tempat yang aman saja," tuturnya.
Ia pun mengatakan, setelah gempa mengguncang, aliran listrik langsung padam.
Karena itu pula masyarakat semua masih berada di luar rumah dalam kondisi panik dan trauma.