Di atas meja disediakan air minum, buah, dan beberapa kudapan.
Saat keluar gedung, Jokowi juga tidak melayani permintaan wawancara dari awak media.
Jokowi yang biasanya ramah menyapa awak media, memilih diam.
Padahal biasanya, Jokowi ramah atau menyapa dan melambaikan tangan ke arah awak media.
Setelah pertemuan dengan direksi PLN, Jokowi memilih pergi dengan diam kembali ke Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pukul 09.05 WIB.
Jokowi berada di kantor pusat PLN selama 15-20 menit.
Menteri lainnya, Budi Karya Sumadi dan Rudiantara juga ikut pulang meninggalkan kantor pusat PLN.
Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan kembali masuk ke gedung utama PLN didampingi Sripeni.
Sama seperti Jokowi, Ignasius Jonan juga bungkam.
Mantan Dirut PT KAI itu juga enggan melayani permintaan wawancara awak media.
Setelah mengantar Ignasius Jonan masuk ke gedung utama, Sripeni kembali keluar meladeni sesi wawancara dengan awak media.
Berikut penjelasan Sripeni yang membuat Jokowi memasang raut muka datar dan tidak puas.
Atas nama direksi kami mohon maaf atas kejadian hari Minggu, 4 Agustus 2019 kemarin.
Mohon izin Pak Presiden, kami laporkan bahwa pada sistem kelistrikan di Jawa-Bali ini terdapat dua sistem yaitu utara dan selatan, di mana sistem transmisi ini masing-masingnya memiliki dua sirkuit.
Jadi dua sirkuit di utara dan dua sirkuit di selatan. Jadi totalnya 4 sirkuit/jaringan, yang menjadi backbone yaitu jaringan 500kv.
Kalau dari utara adalah Rembang, Ungaran, Mandiraja. Kemudian yang selatan Kediri, Kasugihan, kemudian Tasik. Dua-nya adalah 500kv, dua sirkuit.
Kemudian yang terjadi pada hari Minggu posisinya sebagai berikut.
Jadi pada utara pada titik di jaringan Ungaran-Pemalang, itu di Kecamatan Gunung Padi, terjadi gangguan di mana gangguan pertama terjadi 11.48 WIB. Kemudian sirkuit kedua juga mengalami gangguan.
Nah, kemudian secara otomatis pasokan listrik dari timur ke barat, ini dalam rangka efisiensi, pasokan listrik murah ditransfer dari timur ke barat.
Salah satu mitigasi yang telah dilakukan oleh kami adalah membangun PLTU murah, di pusat beban yaitu di wilayah barat, sekarang sedang berjalan.
Salah satunya yang akan beroperasi pada tahun ini adalah jawa 3.
Sebesar 1000 mV akan masuk pada 2019, kemudian 2020 1000 mV, dan selanjutnya 2023 akan ada 1000 mV dari Suralaya 9 dan kemudian 2024 1000 mv lagi dari Suralaya 10.
Dari kondisi seperti itu, maka secara otomatis transfer daya dari timur ke barat sebesar 2000 mv pindah jalur menuju ke jalur selatan.
Pada minggu ini sudah jadi rutin, beban rendah, sehingga kami PLN melakukan perbaikan/pemeliharaan jaringan.
Yang dipelihara adalah yang di selatan di Kediri, Kasugihan, satu sirkuit dipelihara. Sirkuit yang pertama. Sehingga itu tinggal satu sirkuit saja.
Pada waktu pindah dari Ungaran ke Kasugihan dan Tasik, inilah kemudian membuat goncangan dalam sistem.
Goncangan ini kemudian secara proteksi sistem ini melepas. Yang dilepas adalah Kasugihan dan Tasik, sehingga aliran dari pasokan dari timur ke barat mengalami putus.
Di timur masih bertegangan, Pak, jadi pukul 11.48 kondisi sistem kelistrikan di Jawa dan Bali; khususnya Yogyakarta, Jateng dan Jatim normal bapak.
Kemudian karena lepas maka tegangan turun, kalau turun maka secara proteksi pembangkit-pembangkit yang ada di sistem barat itu mengalami proteksi melepaskan diri dari sistem.
Karena frekuensinya drop sampai 46 hz. Kemudian ini secara proteksi kesisteman mesin pembangkit melepaskan diri.
Dari melepaskan diri ini kemudian upaya yang dilakukan PLN adalah memaksimalkan bagaimana perbaikan atau proses transfer dari timur ke barat tetap berjalan.
Sedikit demi sedikit. Kami memang mohon maaf pak prosesnya lambat kami akui, Pak.
Kami mengharapkan sebenarnya sudah masuk ke Suralaya kembali masih dalam posisi hot start. Artinya PLTU masih bertegangan sedikit dan tidak mati sama sekali.
Dia tidak dalam kondisi dingin sehingga tidak memakan waktu sampai 4 jam untuk kemudian di start kembali.
Kejadiannya kemarin: masuk ke Saguling kemudian dihidupkan. Ini pada pukul 14.00, Bapak.
Nah, Saguling memiliki peran untuk menstabilkan daya karena sistem di Jawa Bali ini kemudian pada waktu emergency ini sangat membutuhkan pembangkit-pembangkit penstabil daya dan tegangan.
Kemudian, dari Saguling masuk ke Cibinong-Depok-dan kemudian ke Gandul.
Nah dari Gandul ini pasokan daya kemudian ditransfer ke Balaraja dan ke Suralaya.
Namun posisinya sudah cukup lama, Pak, sehingga masuk ke Suralaya sudah cold start.
Mesin sudah dingin sehingga sampai saat ini kami bisa memprediksikan dalam waktu 4 jam, PLTU Suralaya dengan kapasitas 2.800 mv di sana, cukup untuk memasok sistem Jawa Barat dan Banten menjadi mundur, Bapak.
Karena baru tadi pagi pukul 03.00, artinya lebih dari 8 jam sudah masuk posisi dingin, ini baru masuk satu 400 mv yaitu unit 3.
Kemudian dari Gandul pasokan menuju ke Muara Karang dan kemudian ke Priok.
Priok dan Muara Karang mendukung DKI, Bapak. Dan tipe pembangkit PLTGU Priok dan muara karang ini adalah cepat untuk start. Jadi memang dirancang untuk beroperasi kembali.
Baru sampe di Priok dan Muara Karang itu pukul 18.00, Bapak. Oleh karena itu kalau kami perhatikan, Bapak, dalam masyarakat ada yang sudah masuk pukul 19.00, 20.00, 21.00 dan 22.00. Bertahap, Bapak.
Karena waktu emergency, sistem harus dijaga secara tegangan maupun frekuensi karena kalau frekuensi turun, pembangkit yang sudah beroperasi dikhawatirkan akan lepas kembali.
Jadi memang hati-hati dalam kondisi emergency. Semuanya turun, maka kami harus menghidupkan satu persatu dengan cermat dan hati-hati.
Kami mengakui di dalam proses kami ada beberapa hal yang harus dipangkas dalam hal penormalan kembali, terutama cascading; mulainya dari 500 kv turun ke 150 kv kemudian masuk ke 20 kv, masuk ke distribusi dan jaringan pelanggan.
Ini merupakan cascading antara peran penyaluran dan distribusi. Inilah kami mohon maaf karena cascading, inilah kami akui akan dipangkas.
Kami akan satukan menjadi advance integrated control center akan mengkombinasi antara penyaluran dan distribusi dari 150 ke 20 kv. Itulah mungkin mudah-mudahan ini bisa lebih baik dalam rangka percepatan.
Namun, seperti yang kami sampaikan tadi, antara utara dan selatan, kami di dalam RKAP maupun RUPTL telah memasukkan penguatan jaringan trasmisi dengan membuat redundant untuk sistem utara maupun selatan dan sudah masuk dalam RUPTL dan sudah masuk dalam RKAP.
Demikian, Bapak, penjelasan singkat.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Theresia Felisiani) (Kompas.com/Ihsanuddin)