Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kongres V PDI Perjuangan yang rangkaiannya baru berakhir, pada Minggu (11/8/2019) kemarin.
Hal ini merupakan wujud penegasan partai berlambang banteng itu bahwa Pancasila adalah final, melindungi seluruh rakyat Indonesia dengan seluruh ekspresi kebudayaannya.
Sikap politik PDI Perjuangan itu diambil di tengah menguatnya tren cara pandang ekstrem keagamaan hingga tindakan radikal berbasis sentimen SARA.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, berpolitik itu adalah soal kehidupan bersama dalam satu kekuatan kolektif, satu bangsa yang bertanah air satu, Indonesia.
Baca: Keluarga Besar TelkomGroup Distribusikan 1.186 Hewan Kurban
Baca: Nestapa TKI Alis Juariah, Dianggap Meninggal di Arab Ternyata Masih Hidup Dalam Kondisi Menyedihkan
Baca: Telkom Umumkan 125 Pemenang Undian IndiHome Miliarder Paket Semarak Kebahagiaan Tahap 1
Baca: Telkom Umumkan 125 Pemenang Undian IndiHome Miliarder Paket Semarak Kebahagiaan Tahap 1
"Maka kongres V PDI Perjuangan menekankan pentingnya Pancasila sebagai kekuatan jiwa bangsa yang dijabarkan dalam Tri Karsa," kata Hasto, Senin (12/8/2019).
Apa itu Tri Karsa? Yakni pertama, Pancasila sebagai pedoman kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kedua, Pancasila sebagai pedoman perencanaan pembangunan di segala bidang kehidupan. Baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, maupun bidang lingkungan hidup dalam politik legislasi, politik anggaran, dan politik pengawasan.
Dan ketiga, Pancasila yang hidup dan menghidupi rakyat dalam 5 bidang prioritas yakni bidang sandang pangan papan, pendidikan, tenaga kerja dan jaminan sosial, infrastruktur dan lingkungan hidup, agama, kepercayaan, mental spiritual dan kebudayaan.
Maka itu pula, dalam kongres V, semangat berkebudayaan Indonesia diangkat secara khusus. Sebab, kata Hasto, kesejatian politik terletak pada wajah kebudayaan.
Dalam wajah kebudayaan ini, politik menempatkan perjuangan kemanusiaan sebagai hal yang hakiki. Dengan tujuan masyarakat adil dan makmur, bebas dari penjajahan, termasuk di ranah ekonomi. Ini merupakan wujud dari nilai kemanusiaan.
Demikian halnya tujuan lainnya akan hidup rukun, toleran, kedisiplinan serta, kesetaraan warga negara. Kata Hasto, itu merupakan cermin dari penghormatan nilai kemanusiaan.
"PDI Perjuangan menempatkan kebudayaan sebagai esensi pokok nasionalisme yang berkepribadian Indonesia," ungkap Hasto.
Ditegaskan Hasto, kongres V PDI Perjuangan merupakan permintaan partainya kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap harus berbangga dengan warisan kebudayaan nusantara.
Sebab bagi PDI Perjuangan, kebudayaan Indonesia sudah begitu berwarna, indah, penuh daya cipta, rasa, dan karsa. Tidak monoton dan homogen.
"Lihatlah dari aspek yang sederhana, keanekaragaman makanan nusantara dengan bumbu-bumbuan yang beraneka cita rasa, terlengkap di dunia. Ini adalah capaian kebudayaan yang seharusnya diangkat dan menjadi wajah politik Indonesia," kata Hasto.
"Maka esensi pokok Kongres V PDI Perjuangan adalah Pancasila dalam seluruh ruang ekspresi kebudayaan Indonesia," tegasnya.