News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Papua

Massa Disebut Provokasi Narapidana dari Luar, 90 Persen Lapas di Sorong Hangus Dilalap Api

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kantor DPRD Kota Sorong, Papua Barat dibakar pendemo, Senin (19/8/2019) sore WIT.

TRIBUNNEWS.COM, SORONG - Aksi anarkisme ratusan orang bukan hanya terjadi di Manokwari, Ibu Kota Provinsi Papua Barat, tapi juga merambat ke Kota Sorong.

Polsek Sorong Timur dan Lembaga Pemasarakatan juga menjadi sasaran amuk warga

Baca: ‎Alami Kerusakan, Bandara Domine Eduard Osok Sorong Masih Bisa Difungsikan

Kapolres Sorong Kota, AKBP Mario Siregar membenarkan terkait penyerangan terhadap Polsek Sorong Kota.

“Massa melakukan penyerangan dengan melempar pakai batu, meski kami sudah sudah berjaga guna mengantisipasinya,” kata Kapolres.

Namun aksi itu bisa diredam.

“Massa menghentikan aksinya setelah dihimbau secara persuasif,” tuturnya.

Sebelum menyerang Polsek Sorong Timur, massa melakukan pengrusakan bandara Domine Eduard Osok.

“Massa merusak sejumlah kendaraan yang parkir dan fasilitas bandara,” ungkap Kapolres.

Kapolres juga mengakui adanya pembakaran Lapas Sorong.

“Lapas juga diserang, tapi kami lebih fokus menjaga Polsek,” katanya.

Pendemo juga melakukan provokasi terhadap narapidana, sehingga aksi pembakaran terhadap Lembaga Permasyarakatan Sorong Kota terjadi.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ade Kusmanto, saat dihubungi melalui selulernya menjelaskan, saat ini kondisi ruang kantor Lapas Sorong Kota hangus dilahap api.

“Hampir 90 persen kondisi bangunan Lapas Sorong Kota hangus terbakar, namun ruang tahanan tidak terkena api," ujar Ade.

Ade melanjutkan, pada saat kantor Lapas dibakar ada 552 warga binaan Lapas.

“Tapi massa pendemo menjebol tembok dari luar, ada 258 yang melarikan diri dan hingga kini belum kembali,” tuturnya.

Kepala Lapas Sorong Klas II B Nunus Ananto mengatakan, aksi pembakaran diawali dari adanya provokasi dari luar Lapas.

“Massa melempari Lapas dari luar kemudian tahanan terpancing dan terjadi aksi saling lempar,” ujarnya.

Tak berapa lama kemudian para narapidana melakukan pembakaran, sehingga para narapidana berhasil keluar melarikan diri.

Pada saat aksi itu terjadi, tidak ada aparat kepolisian dan TNI yang datang memberikan bantuan, karena mereka sedang mengamankan sejumlah titik-titik yang menjadi sasaran amuk massa.

“Memang minim pengamanan petugas, karena ada beberapa titik jadi sasaran anarkis massa,”tuturnya.

Sementara itu di Jayapura, ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan warga yang memggelar aksi di halaman Kantor Gubernur Dok 2, ditemui Gubernur Papua Lukas Enembe.

Para pendemo yang melakukan aksi protes terhadap penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, kemudian mendengar arahan dari Gubernur Papua Lukas Enembe.

Gubernur mengungkapkan kepada massa bahwa, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa telah menelponnya untuk meminta maaf atas aksi yang diterima mahasiswa papua di Surabaya pada 16 Agustus 2019.

"Saya sampaikan pada Gubernur Jatim, orang papua mencintai Gusdur, dan ibu Gubernur kadernya Gusdur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu hanya karena masalah bendera, tidak dibenarkan," tegas Lukas Enembe.

Gubernur Lukas mempertanyakan Gubernur Khofifah yang tidak menerjunkan Banser untuk membela mahasiswa Papua yang diserang oleh Organisasi kemasyarakatan lainnya.

"Ibu gubernur minta maaf bukan mewakili warga Jatim, tapi keompok tertentu,”kata Gubernur Lukas.

Enembe menyayangkan hal tersebut karena saat ini sudah banyak orang Papua yang bisa membuktikan diri di dunia internasional.

"Saya sduah sampaikan ke pemerintah, orang Papua punya martabat yang tinggi, harga diri yang tinggi, terbukti anak-anak saya sekarang di seluruh dunia, 1.500 orang saya kirim dan mereka berhasil mencapai nilai yang bagus. Kenapa 74 tahun Indonesia merdeka masih ada orang yang berpikiran seperti jaman penjajahan,"tegasnya.

Enembe sebagai perwakilan pemerintah pusat di Papua, berjanji akan menyampaikan aspirasi para pendemo ke Jakarta dan memuji mereka karena dalam aksi long march, para pendemo tetap menjaga keamanan.

"Saya berterimakasih kepada massa, tidak melakukan anrkisme, beda dengan Manokwari, tidak boleh terprovokasi. Kita manusia bermartabat," ketuS Enembe.

Baca: UPDATE TERKINI Kerusuhan di Papua, Lapas di Sorong Dibakar Massa hingga Polsek Sempat Diserang

Setelah mendengar pernyataan Enembe, para pendemo membubarkan diri dengan tertib.

Massa yang membawa kendaraan bermotor, pulang dengan sendirinya dan massa yang berjalan kaki diantar ke beberapa titik pengantaran dengan menggunakan truk. (kontributor Tribunnews.com Network/B Ambarita)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini